Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Daerah Diminta Antisipasi Anjloknya Sektor Manufaktur

Kompas.com - 06/12/2022, 13:56 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para kepala daerah mengantisipasi penurunan di 11 sektor manufaktur

Hal itu ia sampaikan saat Rapat Koordinasi Nasional Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (6/12/2022).

"Jadi menjadi catatan bagi para gubernur dan bupati untuk membantu mengantisipasi penurunan di 11 sektor, terutama sektor yang padat karya," ucapnya.

Baca juga: PMI Manufaktur RI Makin Melambat, Tapi Pemerintah Yakin Permintaan Dalam Negeri Masih Kuat

Ia mengungkapkan kondisi manufaktur dalam negeri tengah mengalami perlemahan akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Alhasil terjadi penurunan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur di beberapa negara. Bahkan PMI manufaktur beberapa negara sudah lebih rendah daripada Indonesia.

Adapun PMI manufaktur Indonesia pada November 2022 berada di level 50,3 atau melambat dibandingkan Oktober 2022 sebesar 51,8 dan September sebesar 53,7.

Baca juga: Menperin Sebut Industri Manufaktur RI Tetap Ekspansif


Sementara PMI manufaktur negara Asia Tenggara lain seperti Vietnam berada di level 47,4 pada November 2022, turun dari Oktober yang sebesar 50,6. Kemudian Jepang yang terkontraksi di level 49 pada November 2022, dari bulan sebelumnya berada di level 50,7.

Beberapa negara lain juga belum berhasil keluar dari zona kontraksi seperti Myanmar yang berada di level 44,6 pada November 2022, semakin melambar dari Oktober 2022 yang sebesar 45,7. Serta Malaysia di level 47,9 pada November 2022, melemah dari bulan sebelumnya yang di level 48,7.

"PMI bulan kemarin sudah 5,03 dan kami monitor 11 sektor mengalami kontraksi dan juga penurunan daripada purchase order terutama untuk sektor yang manufaktur," ujarnya

Baca juga: Menko Airlangga Ajak Jepang Kerja Sama di Sektor Kendaraan Listrik hingga IKN

Diberitakan sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, meski PMI manufaktur Indonesia tumbuh melambat dari bulan sebelumnya, namun pemerintah meyakini permintaan dalam negeri masih terindikasi cukup kuat, sebagaimana ditunjukkan oleh stabilitas konsumsi dalam negeri hingga saat ini. Serta pembukaan lapangan kerja masih ekspansif dan diharapkan dapat konsisten.

Sektor manufaktur yang masih ekspansif hingga saat ini merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kesinambungan pemulihan ekonomi dalam negeri di tengah kenaikan risiko dan ketidakpastian perekonomian global,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam keterangannya dikutip Sabtu (3/12/2022).

Adapun sektor manufaktur Indonesia tercatat bertahan di level ekspansif atau di atas 50 sudah dalam 15 bulan secara berturut-turut.

Baca juga: Menko Airlangga soal Kenaikan Upah Minimum: Wis Wayahna Tenaga Kerja Ini Harus Kita Apresiasi

"Secara keseluruhan, optimisme dunia usaha masih terjaga dengan terus stabilnya kondisi pandemi serta pemulihan permintaan yang terus menguat meskipun sebagian responden mulai mengantisipasi risiko gejolak ekonomi global," tutup Febrio.

Sebagai informasi, angka PMI manufaktur mengindikasikan optimisme pelaku sektor itu terhadap kondisi perekonomian suatu negara ke depannya. Jika nilainya di atas 50 maka negara itu mengalami ekspansi, sementara jika di bawah 50 berarti negara itu mengalami kontraksi.

Baca juga: Airlangga: Penting Jaga Devisa, Sebab Pertandingan Kurs Akan Jadi Tantangan RI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com