Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham GOTO ARB Berjilid-jilid, Manajemen Buka Suara Lewat "Public Expose Insidentil"

Kompas.com - 09/12/2022, 07:30 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) belakangan menjadi sorotan dan topik perbincangan banyak pihak. Ini tidak terlepas dari harga saham yang 'terjun bebas' dalam kurun waktu lebih dari sepekan terakhir.

Bukan hanya menjadi sorotan masyarakat dan investor saja, merosotnya harga saham GOTO turut disoroti oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku pengawas perdagangan efek. Beberapa hari lalu, BEI meminta penjelasan kepada manajemen GOTO terkait koreksi signifikan saham yang dialami.

Manajemen GOTO pada akhirnya memutuskan untuk menggelar paparan publik atau public expose insidentil pada Kamis (8/9/2022) siang kemarin. Dalam gelaran tersebut, jajaran direksi GOTO memaparkan kinerja, sekaligus memberikan penjalasan kepada publik terkait penurunan saham yang dialami.

Baca juga: GOTO: Tidak Ada Peserta ESOP yang Menjual Saham Rp 2 ke Pasar

ARB yang tidak berkesudahan

Sebagaimana diketahui, saham GOTO tengah berada dalam tren penurunan yang signifikan. Saham emiten teknologi kapitalisasi pasar besar ini terus-menerus ditutup pada batas terendah perdagangan harian atau auto reject bawah (ARB) sejak pekan lalu.

Pada perdagangan Kamis (8/12/2022) kemarin, saham GOTO lagi-lagi langsung menyentuh batas ARB pada pembukaan perdagangan. Melansir data RTI, setelah perdagangan dibuka, saham GOTO langsung merosot 6,54 persen ke posisi harga Rp 100.

Dengan ARB kemarin, maka sudah 9 kali berturut-turut saham GOTO menyentuh batas bawah perdagangan harian. Selain itu, setiap harinya GOTO juga memecahkan rekor harga saham terendah semenjak melantai di BEI pada April lalu.

Fenomena ARB GOTO mulai terjadi pada 28 November lalu. Para analis sepakat, berakhirnya masa penguncian atau lock up period saham pra-IPO pada 30 November menjadi pemicu utamanya.

Baca juga: Saham GOTO 7 Kali Berturut-turut Sentuh ARB sejak 28 November 2022

Penjelasan presiden GOTO

Terkait dengan hal tersebut, manajemen GOTO akhirnya buka suara pada gelaran public expose kemarin. Ini disampaikan langsung oleh Presiden GoTo Gojek Tokopedia, Patrick Cao.

Patrick mengatakan, koreksi signifikan yang terjadi pada saham perusahaan tidak terlepas dari mekanisme pasar. Menurutnya, ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor eksternal.

"Termasuk, namun tidak terbatas dari kondisi makro ekonomi, pasar modal, kompetisi, dan kinerja perusahaan," kata dia, dalam paparan publik insidentil.

Baca juga: Penjelasan GOTO soal Anjloknya Harga Saham


Berakhirnya periode penguncian atau lock up period saham seri A juga mempengaruhi pergerakan saham GOTO selama sepekan terakhir. Patrick bilang, saham yang beredar di pasar saat ini semakin banyak dengan dibukanya 'gembok' transaksi saham pra-IPO.

"Yang mengakibatkan peningkatan transaksi jual beli saham," ujarnya.

Menurutnya, aksi jual saham GOTO bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti investor awal yang masuk dengan harga saham rendah merealisasikan keuntungannya. Kemudian, berakhirnya masa investasi atau fund life untuk investor finansial.

"Dan kebutuhan likuiditas di akhir tahun atau kebutuhan likuiditas lainnya. Banyak dari variabel ini merupakan hal-hal di luar kontrol dan pengetahuan perusahaan," tutur dia.

Baca juga: ARB Berjilid-jilid Berlanjut, Saham GOTO Kini Setara Rp 100 Per Lembar

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com