Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heddi Sabara, CFE, CFrA
Bankir

Praktisi Kecurangan Perbankan (Fraud Examiners) | Penulis Buku Praktik Kecurangan Pada Bank, Penyebab dan Akibat Hukumnya

Kala Niat dan Khilaf Mendukung Terjadi Kecurangan Karyawan

Kompas.com - 14/12/2022, 13:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SALAH satu yang dilakukan seorang pelaku fraud adalah berpikir outside the box. Ketika seorang fraudster mempelajari mekanisme kerja, kelemahan SOP dan kontrol sehingga menjadi inovatif dalam menggali celah untuk mendapatkan keuntungan.

Hal ini akan sulit terdeteksi, bilamana fungsi dalam organisasi tidak aware dalam menjalankan aktivitas operasional. Celah yang dapat dieksploitasi terkadang sudah diketahui, namun abai sampai pada akhirnya kerugian benar-benar terjadi.

Internal fraud hanya salah satu dari banyak ancaman yang dihadapi perusahaan. Pelaku fraud memiliki banyak cara dalam melakukan kecurangan yang disengaja membuat sulit untuk terdeteksi.

Selain itu, siapa pun dalam perusahaan juga memiliki potensi melakukan kecurangan terlepas dari jabatan, usia, jenis kelamin, ataupun masa kerja.

Ancaman kecurangan di internal akan berdampak pada kerugian semakin besar (magnitude). Misalnya, ketika seorang karyawan melakukan tindakan kecurangan dengan mencuri jumlah kecil dalam kurun waktu lama, maka sudah barang tentu akan mengurangi kemungkinan pelaku terdeteksi dan cenderung akan menimbulkan kerugian yang lebih besar (loss magnitude). Biasanya, pelaku akan terdeteksi dalam waktu cukup lama.

Banyak fraudster bekerja dalam perusahaan cukup lama. Hal ini akan memberikan kesempatan pelaku untuk mempelajari segala aktivitas dalam organisasi.

Semakin dalam tahu, semakin dapat mengidentifikasi celah kerawanan, dan semakin leluasa mengeksploitasi.

Di sisi lain, lamanya seorang pelaku dalam posisi tertentu, dapat menjadi seorang yang dipercaya bahkan diandalkan hingga mampu diberikan kewenangan tertentu dalam organisasi.

Faktor senioritas pelaku dalam suatu organisasi sangat berkorelasi dengan ukuran kecurangan yang dilakukan.

Jika menelisik kejadian fraud yang melibatkan orang dalam (insider fraud) umumnya secara teknis tidak terlalu canggih. Namun lebih kepada memanfaatkan kewenangan dan kelengahan atasan atau rekan kerja untuk memuluskan aksinya.

Kejadian umum yang biasa terjadi terkait dengan pemalsuan tandatangan, dokumen fiktif, dan pemanfaatan atau penyalahgunaan kewenangan credential akses dalam perusahaan.

Untuk mengantisipasi kecurangan, budaya perusahaan menjadi kunci penting, agar dapat memastikan pencegahan berjalan on the track.

Dimulai saat perekrutan karyawan, di mana perusahaan harus melakukan proses screening, background check, bahkan interview secara mendalam untuk memastikan bahwa merekrut seorang calon karyawan yang tidak saja memiliki kualifikasi administratif yang baik, tetapi juga integritas terbaik.

Sifat gelap

Namun yang menjadi persoalan adalah apakah integritas setiap karyawan akan sama saat pertama bergabung dengan perusahaan hingga berjalannya waktu?

Ini pertanyaan yang harus menjadi konsen, tentu perubahan sifat atau sikap sesorang dapat terjadi seiring berjalannya waktu, sepanjang niat dan kesempatan hadir menyempurnakan tekanan individu yang mendorong tindakan pembenaran. Karena setiap individu memiliki sifat gelap atau dark triad personality.

Istilah Dark Triad Personality pertama kali diciptakan oleh Paulhus dan Williams (2002), bahwa setiap individu memiliki bayangan (shadow) yang sering kali tidak disadari dalam tiga tipe kepribadian.

Machiavellianism, menggambarkan gaya interpersonal yang dingin dan manipulatif. Orang dengan tipe ini cendurung curang, dan acuh tak acuh.

Narcissism, menggambarkan sifat-sifat seperti kemegahan, hak, dominasi, dan superioritas dengan kata lain orang tipe ini cenderung mementingkan diri sendiri, arogan bahkan eksibisionis.

Psycophathy, Psikopati menggambarkan individu yang manipulatif, tidak berperasaan, tidak empatik, impulsif, dan berani mengambil risiko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com