JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi global tengah dilanda ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang implikasinya ke berbagai sektor ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi itu menyebabkan tingkat inflasi dunia yang memuncak pada 2022 dan bahkan mencapai yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Pasalnya, perang Rusia-Ukraina menyebabkan harga pangan dan energi terkerek naik dan membuat terjadinya disrupsi pasokan global saat permintaan yang sangat kuat sehingga menghambat pemulihan ekonomi di seluruh negara.
Baca juga: Soal Rencana Subsidi Mobil Listrik Rp 80 Juta, Ini Kata Sri Mulyani
"Itu menimbulkan inflasi (dunia) yang sangat tajam di banyak negara bahkan mereka mengatakan inilah yang terburuk dalam 40 tahun terakhir," ujarnya saat acara peluncuran Laporan Bank Dunia: Indonesia Economic Prospect edisi Desember 2022 di Energy Building, Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Adapun tingkat inflasi global diperkirakan oleh Bank Indonesia (BI) akan tembus 9,2 persen pada 2022.
Sementara Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook edisi Oktober 2022 memprediksi inflasi global 2022 mencapai 8,8 persen.
Baca juga: Sri Mulyani: Kementerian/Lembaga Sudah Mulai Belanja Pakai Kartu Kredit
Tingginya tingkat inflasi inilah yang menyebabkan banyak bank sentral merespons melalui kebijakan moneter, yaitu menaikkan suku bunga acuan untuk meredam kenaikan inflasi di negara masing-masing.
Oleh karena itu, saat ini secara global tengah terjadi tren suku bunga tinggi yang kemudian menimbulkan disrupsi dalam momentum pemulihan.
"Kebijakan maupun ruang untuk manuver bagi banyak negara menjadi sangat-sangat sempit. Dilemanya semakin mengetat atau menguat, sementara manuver kebijakan serta ruang untuk manuver pun menjadi semakin sempit. Inilah yang kita hadapi saat ini," jelasnya.
Baca juga: BI Prediksi Inflasi Dunia Global 9,2 Persen pada 2022
Di tengah situasi global yang rumit itu, Indonesia juga terkena efeknya. Namun, dia bilang, kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih cukup baik dibandingkan negara-negara lain.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil di atas 5 persen selama empat kuartal berturut-turut tanpa diikuti dengan peningkatan inflasi yang terlalu signifikan.
"Kita melakukan penyesuaian harga BBM pada September lalu, tapi inflasinya yang diharapkan mencapai hampir 7 persen ternyata hanya 5,7 persen dan bahkan sekarang menjadi turun 5,4 persen. Ini sangat lah baik jika dibandingkan dengan negara lain," tuturnya.
Baca juga: BI: Inflasi adalah Musuh Bersama
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.