Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Sektor Bisnis yang Potensial untuk Investasi Jangka Panjang Versi Bank Mandiri

Kompas.com - 24/01/2023, 17:39 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengungkapkan sektor-sektor bisnis yang potensial untuk investasi dalam jangka panjang. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat di tengah pandemi Covid-19.

Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, setidaknya ada enam sektor yang dinilai resillient untuk jangka panjang, yaitu telekomunikasi, hilirisasi minerba, makanan dan minuman, utilities, kesehatan, dan pemerintahan.

1. Hilirisasi minerba

Menurutnya, sektor hilirisasi minerba ini akan memiliki potensi untuk jangka panjang karena saat ini pemerintah tengah mendorong sektor ini untuk menciptakan nilai tambah produk sumber daya alam (SDA) Indonesia.

Baca juga: Realisasi Investasi 2022 Tembus Rp 1.200 Triliun, Bahlil: Ini Sejarah untuk RI

Hilirisasi minerba ini tidak hanya berupa nikel tetapi juga dapat berupa tembaga, bauksit, dan timah.

"Akan ada arahan terkait hilirisasi generasi berikutnya. Tahun-tahun sebelum kita cerita mengenai nikel, tapi tahun ini Pak Presiden kemungkinan besar akan menjelaskan kepada seluruh dunia setelah G20 dan di ASEAN, itu kita akan menjelaskan the next downstreaming Which is not only nickel but also tin (timah), bauksit, dan juga tembaga. Dan tentu saja downstreaming di derivative product dari palm oil," ujarnya saat konferensi pers, Selasa (24/1/2023).

Selain hilirisasi SDA, pemerintah juga tengah mencanangkan pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik, salah satunya dengan membangun pabrik baterai kendaraan listrik.

Baca juga: Utang Naik Lagi, Wake Up Call untuk Pemerintah


2. Telekomunikasi

Sektor telekomunikasi menurutnya akan tetap diperlukan masyarakat Indonesia kapan pun dan apa pun kondisi ekonomi yang akan terjadi ke depannya.

Terlebih struktur geografis Indonesia terdiri dari ribuan pulau sehingga sektor telekomunikasi akan sangat dibutuhkan untuk menghubungkan 270 juta penduduk Indonesia, baik melalui jaringan telepon maupun internet.

"Ini terbukti, masa lalu kita lihat apa pun gejolak ekonomi, orang Indonesia selalu berkomunikasi menggunakan jasa telekomunikasi," ucapnya.

3. Makanan dan minuman

Selain telekomunikasi, 270 juta penduduk Indonesia pasti membutuhkan makanan dan minuman untuk melangsungkan hidup sehingga sektor makanan dan minuman dinilai akan tetap bertahan meski kondisi ekonomi sedang bergejolak. Termasuk bisnis produk makanan dan minuman kemasan.

Baca juga: IHSG Ditutup Melemah, Saham MEDC dan BUKA Melesat

"Pasti ini akan selalu perlu kopi, lalu makanan cepat saji, dan orang-orang kantor seperti kita-kita selalu nggak sempat makan di rumah pasti dan akan memerlukan jasa-jasa seperti ini dan turunannya. Ini akan mendorong yang namanya UMKM," jelasnya.

4. Kesehatan

Sektor kesehatan juga masih memiliki potensi yang besar ke depannya. Terbukti selama pandemi Covid-19 sektor kesehatan justru tumbuh sangat signifikan karena masyarakat membutuhkan layanan kesehatan dan obat-obatan.

"Termasuk nanti industri insurance ya bagaimana membiayai healthcare ini. Enggak mungkin ini tidak ada putaran uangnya. Bank masuk di situ, investor lain juga boleh main di situ," kata Panji.

Baca juga: Indonesia Bakal Ekspor Mi Telur hingga Arang ke Arab Saudi, Nilainya Capai Rp 2,3 Triliun

5. Utilities

Menurutnya jika sektor-sektor bisnis di atas berjalan dengan baik dan ekonomi mengalami pertumbuhan, maka kebutuhan akan utilitas seperti air dan listrik akan ikut meningkat. Pasalnya segala bentuk bisnis pasti akan membutuhkan dua utilitas tersebut dalam kegiatan operasinya.

"Jadi ini akan ada turunan kemana-mana ya dan utilitas tadi juga tidak hanya electricity, beragam infrastruktur lainnya yang sudah kita bangun sehingga dijajal dan dicoba ada use case-nya ada utilisasinya di situ," ungkapnya.

6. Pemerintahan

Selanjutnya, di bidang pemerintahan. Hal ini maksudnya setiap negara pasti membutuhkan pembiayaan untuk memenuhi belanja negara sehingga peluang untuk investor masuk berinvestasi ke instrumen surat utang pemerintah akan besar.

"Tapi tidak hanya pemerintahan, korporasi juga melakukan refinancing. Ada utang jatuh tempo di-refinance melalui loan kah, bond kah, atau ke saham. Jadi baik itu government maupun korporasi semuanya akan memerlukan refinance. Di sinilah bagi para pemilik fund or capital mereka mencari dimana akan diparkir uang itu dalam bentuk investasi apakah di private ataukah di government," tuturnya.

Baca juga: Kementerian ESDM: Konsumsi Listrik Nasional Tumbuh 6,15 Persen pada 2022

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com