JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bercerita tentang masa-masa sulitnya mengelola keuangan negara ketika pandemi Covid-19. Kala itu, kebutuhan pembiayaan anggaran melonjak hingga nilainya setara dengan pembangunan dua Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Ia menjelaskan, pada awal ditetapkan APBN 2020 telah didesain defisitnya sebesar Rp 307,2 triliun atau 1,76 persen dari produk domestik bruto (PDB), dan kebutuhan pembiayaan hanya Rp 741,8 triliun.
Namun karena kondisi pandemi, desain tersebut dirombak beberapa kali, sebab saat itu penerimaan negara sangat sulit diperoleh akibat roda perekonomian yang tak bergerak. Sementara di sisi lain, kebutuhan belanja untuk penanganan pandemi sangat besar.
Baca juga: Cerita Sri Mulyani Atasi Pandemi: Vaksin Belum Produksi, tapi Kita Sudah Kontrak
"Pandemi betul-betul mengubah kebijakan fiskal kita, dan pembahasan mengenai fiskal itu banyak sekali di tempatnya Kantor Menko, kita bicara mengkalibrasi berapa defisitnya," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Gedung AA Maramis, Jakarta, Kamis (26/1/2023).
Pemerintah pun menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia (Perppu) Nomor 1 tahun 2020 untuk mengubah defisit APBN agar bisa dinaikkan menjadi di atas 3 persen.
Maka diterbitkan pula Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2020 yang mendesain defisit APBN melebar ke 5,07 persen atau senilai Rp 852,9 triliun dengan kebutuhan pembiayaan Rp 1.439,8 triliun.
Baca juga: Bertemu Tony Blair, Bahlil Bahas Investasi di IKN
Tak berselang lama, desain APBN itu kembali dirombak melalui Perpres Nomor 72 Tahun 2020 dengan defisit menjadi 6,34 persen terhadap PDB, atau senilai Rp 1.039,2 triliun dengan kebutuhan pembiayaan melonjak jadi Rp 1.645,3 triliun.
Dengan demikian, artinya terjadi kenaikan pembiayaan sebesar Rp 900 triliun dari rencana awal APBN 2020. Sri Mulyani bilang, besaran dana tersebut bisa untuk membangun 2 IKN.
"Jadi naiknya hampir 2,5 kali lipat dan kebutuhan pembiayaan kita mencapai Rp 1.600-an triliun, yang itu saya sampaikan kepada Presiden, Rp 900 triliun pembiayaan yang meningkat itu udah dapat 2 IKN Pak. Hanya dalam satu tahun kita meningkat," jelas dia.
Baca juga: Sri Mulyani: Tidak Ada Pembangunan Menunggu sampai Negaranya Kaya
Bendahara negara itu menuturkan, dengan semakin besarnya kebutuhan pembiayaan anggaran, maka pemerintah harus pula gencar mencari dananya. Namun pada masa itu pencarian dana juga tidak mudah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.