Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bapanas Minta Gakoptindo Beli Kedelai Sesuai HAP

Kompas.com - 02/02/2023, 11:30 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Cadangan Kedelai Pemerintah (CKP) menjadi instrumen yang harus dimiliki pemerintah agar dapat mengendalikan stok dan harga kedelai nasional.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, dalam penyelenggaraan CKP tersebut peran asosiasi dan koperasi tempe dan tahu sangat penting karena menentukan jumlah kebutuhan kedelai setiap bulannya.

Menurutnya, berdasarkan perhitungan kebutuhan kedelai tersebut, Bapanas akan menugaskan Perum Bulog untuk melakukan pengadaan secara rutin untuk memenuhi stok CKP di gudang sepanjang tahun.

Baca juga: Anggaran Turun, Kementan Pangkas Lahan Tanam Kedelai 2023

“Kita butuh masukan dari teman-teman asosiasi seperti Gakoptindo untuk menangkap dinamika di lapangan agar persiapan CKP ini semakin presisi,” ujarnya dalam siaran resminya, Kamis (2/2/2023).

Arief meminta perajin tahu tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) bisa langsung menyampaikan berapa kebutuhan kedelai untuk para pengrajin tempe dan tahu secara nasional dalam satu bulan.

"Kita simulasikan, misalnya 250.000 sebulan, maka katakanlah kita kemudian siapkan cadangannya 100.000 ton. Teman-teman bisa mengusulkan itu,” ujarnya mencontohkan skema CKP.

Baca juga: DPR Singgung Kementan Klaim Beras Surplus, Bapanas: 6 Bulan Terakhir Defisit


Apabila CKP sudah tersedia, ia meminta pengrajin berkomitmen membeli dan memanfaatkan CKP ini sesuai Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) yang telah disepakati dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No 11 Tahun 2022.

Di dalam Perbadan itu diatur HAP kedelai sebesar Rp 10.775 per kilogram untuk harga acuan pembelian kedelai lokal di produsen, serta Rp 11.400 per kilogram (kedelai lokal) dan Rp 12.000 per kilogram (kedelai impor) untuk harga acuan penjualan di konsumen.

Setelah penetapan kebutuhan CKP tersebut, menurut Arief, langkah selanjutnya adalah bicara kualitas dan pendistribusian, termasuk pengaturan lokasi penempatan CKP di gudang-gudang Bulog sesuai tingkat permintaannya.

Baca juga: Mendag Zulhas Bakal Hapus Persyaratan Subsidi Kedelai

“Setelah Bulog tahu kuantitas berapa, tinggal kita bicara kualitas dan pendistribusian. Ini yang sedang kita kerjakan, maka dari itu kita harus duduk bersama,” ujarnya.

Menindaklanjuti hal ini, Arief mengatakan pihaknya dalam waktu dekat akan segera melakukan pertemuan lanjutan dengan Bulog, Gakoptindo, serta Kementerian dan Lembaga terkait, guna membahas eksekusi penyelenggaraan CKP.

Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional Januari-Desember 2023 yang dihimpun Bapanas, kebutuhan kedelai nasional perbulan sekitar 231.000 ton. Adapun stok kedelai nasional sampai dengan Maret 2023 sekitar 266.000 ton.

Baca juga: Skema Subsidi Kedelai Bakal Diubah, Bulog Ikut Perintah Pemerintah

Sementara itu, Sekretaris Gakoptindo Hugo Siswaya mengatakan para pengrajin siap menyerap stok kedelai selama ketersediannya terjaga. Untuk itu, ia berharap pemerintah melalui regulasi yang dibuat bisa membantu para pengrajin mendapatkan kepastian stok dan harga kedelai.

Dikatakan juga, apabila pemerintah melalui Bulog bisa mendatangkan setiap dua bulan sekali 60.000 ton kedelai maka ketersediaan dan harga kedelai dalam negeri akan aman.

Baca juga: Penjelasan Bos Bulog soal Telat Impor Kedelai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kinerjanya Banyak Dikeluhkan di Medsos, Berapa Gaji PNS Bea Cukai?

Kinerjanya Banyak Dikeluhkan di Medsos, Berapa Gaji PNS Bea Cukai?

Work Smart
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com