JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada Senin (6/2/2023) kemarin. Indeks Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat melemah 37,94 poin atau 0,55 persen ke 6.873,79.
Founder WH Project William Hartanto mengatakan, koreksi indeks saham disebabkan oleh beragam sentimen. Namun, yang paling mengkhawatirkan investor ialah sinyal hawkish bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
"Namun setelah kami perhatikan, sebenarnya kami menemukan hal menarik yang, jika terkonfirmasi, akan membuat kita semua senang karena IHSG sudah memberikan peluang buy on weakness. Yaitu terbentuknya pola inverted head and shoulders," tutur dia, dalam risetnya, Senin.
Baca juga: 10 Saham Paling Cuan dan Boncos pada Pekan Ini
William bilang, kondisi tersebut menjadi semakin menarik, menyusul adanya aksi beli bersih atau net buy yang dilakukan investor asing. Data RTI menunjukan, pada awal pekan ini investor asing mencatat net buy sebesar Rp 729,81 miliar.
"IHSG dan sebagian besar saham (secara khusus yang mengalami net buy asing) sedang mengalami fase markdown. Yang mana berarti, harga saham menurun namun ada pihak yang melakukan akumulasi, dalam hal ini pelaku yang melakukan pembelian adalah investor asing," ujarnya.
Dengan melihat faktor-faktor tersebut, William memproyeksi, IHSG bergerak mixed cenderung melemah pada perdagangan Selasa (7/2/2023) hari ini. Ia memproyeksi, indeks saham bergerak pada rentang 6.800-6.950.
"Pelemahan hari ini diperkirakan lebih terbatas dibanding kemarin, dan memberikan kesempatan buy on weakness," katanya.
Secara teknikal William bilang, IHSG masih belum mengkonfirmasi pola inverted head and shoulders. Namun selama masih mampu bertahan di atas 6.800 maka besar kemungkinan untuk terkonfirmasinya pola ini.
Pada perdagangan hari ini, William merekomendasikan saham CTRA (buy, support Rp 980 resistance Rp 1,040), SMRA (buy, support Rp 615 dan resistance Rp 655), KINO (buy, support Rp 1.670 dan resistance Rp 1.845), dan TLKM (buy, support Rp 3.820 dan resistance Rp 4.000).
Baca juga: Berkaca dari Skandal Goreng Saham Adani, Jokowi Minta OJK Perkuat Pengawasan di Sektor Jasa Keuangan
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.