Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Silicon Valley Bank Bangkrut, Luhut: Kita Tidak Boleh Jemawa, Harus Super Hati-hati

Kompas.com - 15/03/2023, 13:20 WIB
Akhdi Martin Pratama

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Padjaitan ikut angkat bicara soal Silicon Valley Bank bangkrut yang menggoyang pasar keuangan global.

Luhut belum melihat adanya tanda-tanda dampak Silicon Valley Bank bangkrut ke industri perbankan Indonesia.

Lagi pula, posisi likuiditas perbankan di Indonesia masih sangat kuat dibandingkan dengan kondisi di negara lain. Namun, Luhut tetap mengingatkan, tetap harus berhati-hati menghadapi kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian.

“Kelihatan modal atau kapital bank-bank Indonesia juga bagus sekali. Tapi tetap kita tidak boleh jemawa, harus super hati-hati menghadapi kondisi ekonomi global saat ini,” ujar Luhut dilansir dari Kontan.co.id, Rabu (15/3/2023).

Baca juga: Penjelasan Sri Mulyani soal Bangkrutnya Silicon Valley Bank

Luhut menyebutkan, posisi liquidity coverage ratio atau rasio kecukupan likuiditas Indonesia tercatat 234 persen masih tinggi dibandingkan negara lain misalnya saja Amerika Serikat yang LCR nya di posisi 148 persen, Jepang di 135 persen, China 132 persen, dan Eropa 120 persen.

“Jadi Indonesia masih sangat tinggi sekali tapi bicara krisis seperti ini kita tentu harus hati-hati dan saya kira Bank Indonesia juga dengan Kementerian Keuangan saya kenal Bapak Ibu berdua itu saya kira sangat kredibel,” kata dia.

Melansir pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Silicon Valley Bank bangkrut akibat penarikan dana besar-besaran dalam 48 jam. Awalnya, SVB menjual obligasi senilai 21 miliar dollar AS di bawah harga pasar. Kerugian penjualan mencapai 1,8 miliar dollar AS.

Silicon Valley Bank juga berniat mencari pendanaan dari perusahaan venture capital General Atlantic dan menjual obligasi konversi ke publik. Secara total, SVB berniat mencari pendanaan sekitar 42 miliar dollar AS.

Baca juga: Kronologi Bangkrutnya Silicon Valley Bank, Bank Terbesar Ke-16 di AS

Belum jelas penyebab kebutuhan pendanaan ini. Tetapi, langkah penjualan obligasi dengan kerugian plus rencana pendanaan ini memicu potensi penurunan peringat dari Moody's Investors Service.

Pasar pun terkejut dengan rencana pendanaan Silicon Valley Bank. Kabar ini memicu klien SVB terutama venture capitalist mengarahkan klien portofolio untuk ramai-ramai menarik dana dari SVB.

Dampak dari keruntuhan Silicon Valley Bank mulai menyebar ke seluruh dunia. Di Inggris, unit SVB diambil alih HSBC.

Usaha patungan Silicon Valley Bank di China, SPD Silicon Valley Bank Co, berusaha untuk menenangkan nasabahnya. SVB juga ada di Denmark, Jerman, India, Israel, dan Swedia. Pendiri memperingatkan bahwa kegagalan bank tersebut dapat menghapus cabang di seluruh dunia. (Arfyana Citra Rahayu)

Baca juga: Kolaps, Silicon Valley Bank Ditutup Regulator AS

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Luhut Pandjaitan Bicara Soal Kolapsnya SVB, Minta Bank Tetap Super Hati-Hati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com