Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadin Desak AS Adil soal Subsidi Hijau Mineral Kendaraan Listrik

Kompas.com - 04/04/2023, 13:35 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Kadin Indonesia sekaligus ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), Arsjad Rasjid mendesak Amerika Serikat (AS) untuk lebih adil dalam pemberian subsidi hijau mineral untuk kendaraan listrik.

Dia pun prihatin atas "pengucilan" terhadap mineral kritis Indonesia dari paket subsidi AS untuk teknologi hijau. Dia berharap AS mau memberikan status yang setara kepada anggota Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) dengan negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas penuh.

"Kami sedang berdiskusi tentang IPEF dan semangat perjanjian itu adalah kerja sama. Jika Amerika mengecualikan ASEAN, rasanya sangat tidak adil," ujarnya dalam siaran persnya, Selasa (4/4/2023).

Baca juga: Astra International Berupaya Masuk ke Program Subsidi Kendaraan Listrik

Pemerintah AS akan menerbitkan pedoman kredit pajak bagi produsen baterai dan EV di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi dalam beberapa minggu ke depan. Undang-undang ini mencakup 370 miliar dollar AS dalam subsidi untuk teknologi energi bersih.

Namun, baterai yang mengandung komponen dari Indonesia dikhawatirkan tetap tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak Inflation Reduction Rate (IRA) secara penuh. Sebab Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan dominasi perusahaan China dalam industri nikel.

Padahal Indonesia dapat memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan AS akan kendaraan listrik dan baterai. Pasalnya Indonesia memiliki sepertiga dari dari total cadangan nikel dunia yang menempatkan pada posisi pertama.

Baca juga: Produsen Kendaraan Listrik Ini PHK 1.300 Karyawannya


Dalam industri pengembangan kendaraan listrik, Arsjad turut mengajak Negeri Paman Sam maupun Uni Eropa untuk menaruh kepercayaan terhadap Indonesia dan negara ASEAN lainnya.

Dengan peran penting Indonesia dan ASEAN dalam rantai pasokan kendaraan listrik, dirinya optimistis bahwa kawasan ini akan menjadi mitra strategis baik AS, Uni Eropa, maupun China dalam sektor energi bersih.

Langkah ini diharapkan dapat memperkuat hubungan ekonomi dan politik bagi ASEAN terhadap global, serta memberikan manfaat bagi industri dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Baca juga: Subsidi Kendaraan Listrik dan Energi Baru Terbarukan

Arsjad yang merupakan Presiden Direktur Indika Energy ini bilang, saat ini, Indonesia tengah bekerja sama dengan perusahaan multinasional untuk membangun rantai pasokan nikel terpisah untuk China dan non-China.

"Indonesia adalah teman bagi China dan negara barat. Kami menyediakan mineral penting bagi China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Kami berupaya memastikan memiliki portofolio inklusif baik China maupun non-China dalam sektor pertambangan nikel guna mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan," jelasnya.

Baca juga: Dukung Insentif Kendaraan Listrik, YLKI: Mampu Urai Tingginya Harga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com