KOMPAS.com - Produsen produk peralatan rumah tangga yang bisa dibilang sangat populer di Indonesia, Tupperware, tengah dalam kondisi keuangan yang berdarah-darah dan berada di ambang kebangkrutan (Tupperware bangkrut).
Tupperware sendiri sejatinya merupakan perusahaan asal Amerika Serikat. Meski begitu, beberapa produknya juga sudah diproduksi di Indonesia.
Kabar Tupperware terancam bangkrut mencuat beberapa hari yang lalu. Perusahaan disebut mengalami masalah keuangan hingga harga sahamnya merosot.
Melalui penjelasan resminya, manajemen Tupperware menyebut perusahaan tengah dalam kesulitan struktur modal dan likuiditas jangka pendek. Kesulitan finansial diakibatkan penjualan yang merosot drastis.
Sebagai produsen alat rumah tangga terutama peralatan dapur dan makanan, Tupperware harus bersaing sengit dengan kompetitornya yang menjual produknya jauh lebih murah.
Baca juga: Tupperware Terancam Gulung Tikar
Selain itu, Tupperware juga dianggap kurang bisa menarik minat para pembeli dari kalangan muda. Perusahaan pun tengah berupaya mencari pendanaan agar tetap bisa bertahan.
Sebagai informasi saja, saham Tupperware Brands Corp (TUP.N), anjlok sebesar 90 persen selama setahun terakhir. Bahkan, pada Senin (10/4/2023) saham perusahaan tersebut kembali turun hampir 50 persen.
Tak sampai di situ, New York Stock Exchange sempat memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapus dari daftar karena belum menyerahkan laporan tahunan yang wajib dilakukan. Ancaman Tupperware bangkrut semakin lebar.
Dikutip dari laman resmi Tupperware Indonesia, pada awalnya, pendiri dan pemilik Tupperware adalah Earl Silas Tupper. Nama produknya diambil dari nama belakangnya.
Ia merupakan seorang pebisnis kelahiran Amerika Selatan tahun 1907, memprakarsai lahirnya produk berkualitas yang beberapa dekade kemudian dikenal dengan nama Tupperware.
Baca juga: Pandemi Covid-19, Tupperware Dukung Tenaga Medis Lewat Cara Ini
Sejak usia 21 tahun, Tupper bekerja di sebuah perusahaan yang berfokus pada riset dan inovasi. Kariernya cukup lama di sana.
Selama bekerja di perusahaan tersebut, ia berhasil menemukan metode untuk memurnikan ampas biji hitam polyethylene (bahan dasar pembuat plastik) menjadi plastik yang fleksibel, kuat, tidak berminyak, bening, aman, ringan dan tidak berbau.
Pada tahun 1938, Tupper keluar dari pekerjaannya dan mendirikan usaha plastik miliknya sendiri, Earl S Tupper Company dan mematenkan produknya dengan nama Poly-T.
Pada tahun 1946, Tupper turut memeriahkan pasar Amerika yang kembali bergairah pasca Perang Dunia II, dengan meluncurkan produk pertamanya yang segera disambut pasar dengan antusias, yaitu wadah penyimpan makanan Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler dengan merek Tupperware.
Bahan yang digunakan Tupperware diklaim memiliki kualitas terbaik, aman bagi kesehatan, serta ramah lingkungan. Produk Tupperware juga telah memenuhi ketentuan FDA, EFSA, dan FS.