Saat ini adalah momentum yang tepat bagi pegiat ekonomi syariah untuk menjelaskan secara utuh bangunan ekonomi syariah yang telah dan terus dikembangkan di Indonesia. Bahkan mendapat dukungan penuh pemerintah.
Atensi publik yang besar terhadap BSI dan tentu saja terhadap sistem ekonomi syariah "harus dimanfaatkan" sebagai momentum baik untuk mempromosikan nilai-nilai ekonomi syariah.
Kita memahami kelompok yang merugi adalah yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Adanya gangguan sistem di BSI harus menjadi alarm keras bagi semua sistem digital. Lebih-lebih bank syariah.
Perbaikan dan penguatan sistem keamanan perbankan adalah harga mati. Pemerintah harus memastikan hal ini tidak terjadi lagi.
Pendampingan dan penguatan lintas sektor bisa dilakukan. Menggandeng Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN), misalnya.
Jikapun terjadi serangan dari luar, pihak keamanan bisa dilibatkan untuk menelusuri asal usul serangan yang dilakukan.
Penguatan manajemen risiko juga menjadi fokus. Tidak boleh lagi terjadi gangguan terjadi berhari-hari. Sebab ada perputaran uang yang dibutuhkan masyarakat di sana. Mitigasi risiko sejatinya adalah hal yang paling dipahami oleh entitas perbankan.
Penguatan sistem termasuk sistem backup juga tidak boleh tertinggal. Seharusnya bagi perbankan, sistem backup sudah berjalan jauh hari sebelum terjadinya gangguan sistem di BSI.
Berkaca pada teori Customer Relationships Management (CRM), BSI perlu memikirkan langkah peningkatan pelayanan sebagai kompensasi para nasabah yang mengalami kerugian. Kepercayaan nasabah yang dibangun bertahun-tahun harus terus dijaga.
Manajemen BSI harus berpikir tentang layanan tambahan yang bisa didapatkan nasabah setelah semua sistem normal kembali.
Kita meyakini jika BSI sebagai entitas besar ekosistem ekonomi syariah Indonesia bisa bangkit mengatasi persoalan ini. Sementara pegiat ekonomi syariah bisa menjadi rujukan publik untuk menjaga kepercayaan terhadap ekonomi syariah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.