Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Ghofur
Direktur Utama LAZNAS PPPA Daarul Qur'an

Direktur Utama LAZNAS PPPA Daarul Qur'an; Sekretaris Jenderal Forum Wakaf Produktif (FWP); Ketua KA FOSSEI Bidang Economic & Social Development; Assesor Nadzir Wakaf Badan Wakaf Indonesia; Dosen STMIK Antar Bangsa dan Assosiate Trainer Institut Fundraising Indonesia.

Gangguan Sistem BSI dan Kepercayaan Ekonomi Syariah

Kompas.com - 13/05/2023, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SISTEM Bank Syariah Indonesia (BSI) mengalami gangguan sejak 8 Mei 2023. Gangguan ini membuat nasabah tidak bisa menggunakan ATM BSI dan berbagai transaksi lewat aplikasi BSI Mobile.

Menurut laporan internal BSI, secara bertahap dilakukan perbaikan dan normalisasi hingga pada 11 Mei 2023, dinyatakan ATM BSI dan BSI Mobile sudah bisa digunakan.

Bank Syariah Indonesia (BSI) adalah bank merger dari tiga bank syariah BUMN, yakni Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah pada 1 Februari 2021. Pascamerger, Bank Syariah Indonesia adalah bank syariah terbesar di Indonesia.

Per Juni 2021, Bank Syariah Indonesia memiliki total aset mencapai sekitar Rp 247,3 triliun, dana pihak dari sisi aset.

Dari sisi jaringan, Bank Syariah Indonesia didukung lebih dari 1.100 outlet dan lebih dari 2.500 jaringan ATM yang tersebar di seluruh Nusantara.

Gangguan sistem yang berlangsung hingga empat hari bagi sebuah sistem perbankan adalah catatan khusus. Bukan hanya bagi BSI, namun juga bagi sistem perbankan nasional lainnya.

Apalagi menurut laporan Bank Indonesia, nilai transaksi digital banking meningkat 28,35 persen (yoy) menjadi Rp 4.332,1 triliun. Nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit juga naik 9,61 persen (yoy) menjadi Rp 654,9 triliun.

Perilaku masyarakat yang mulai bergeser menggunakan transaksi keuangan digital mensyaratkan keamanan transaksi. Maka memastikan keamanan sistem sama maknanya dengan menjaga kepercayaan nasabah.

Menjaga kepercayaan ekonomi syariah

Kita mendukung upaya promosi lebih besar ekonomi syariah melalui upaya merger Bank Syariah Indonesia. Kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi kepada sistem ekonomi syariah harus dijaga momentumnya.

State of the Global Islamic Economi (SGIE) Report 2022, melaporkan ekonomi syariah Indonesia berada di peringkat empat di bawah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

BI juga memproyeksikan pembiayaan perbankan syariah akan tumbuh 14-16 persen pada 2023.

Peristiwa yang menimpa sistem BSI sejatinya bukanlah runtuhnya kepercayaan publik terhadap ekonomi syariah. BSI hanyalah satu entitas di antara sekian banyaknya entitas yang membentuk ekonomi syariah di Indoensia.

Tidak cukup adil menisbatkan erornya sistem di BSI ekivalen dengan erornya sistem ekonomi syariah. Bahwa apa yang terjadi di BSI adalah sesuatu yang harus dievaluasi adalah sebuah kewajiban.

Gangguan dari eksternal dan cara internal BSI dalam menghadapi krisis keamanan sistem harus mendapatkan perbaikan. Kita sepakat atas hal itu.

Namun, dampak gangguan sistem BSI terhadap menurunnya kepercayaan publik ke sistem ekonomi syariah juga patut diantisipasi.

Saat ini adalah momentum yang tepat bagi pegiat ekonomi syariah untuk menjelaskan secara utuh bangunan ekonomi syariah yang telah dan terus dikembangkan di Indonesia. Bahkan mendapat dukungan penuh pemerintah.

Atensi publik yang besar terhadap BSI dan tentu saja terhadap sistem ekonomi syariah "harus dimanfaatkan" sebagai momentum baik untuk mempromosikan nilai-nilai ekonomi syariah.

Harga mati perbaikan

Kita memahami kelompok yang merugi adalah yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Adanya gangguan sistem di BSI harus menjadi alarm keras bagi semua sistem digital. Lebih-lebih bank syariah.

Perbaikan dan penguatan sistem keamanan perbankan adalah harga mati. Pemerintah harus memastikan hal ini tidak terjadi lagi.

Pendampingan dan penguatan lintas sektor bisa dilakukan. Menggandeng Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN), misalnya.

Jikapun terjadi serangan dari luar, pihak keamanan bisa dilibatkan untuk menelusuri asal usul serangan yang dilakukan.

Penguatan manajemen risiko juga menjadi fokus. Tidak boleh lagi terjadi gangguan terjadi berhari-hari. Sebab ada perputaran uang yang dibutuhkan masyarakat di sana. Mitigasi risiko sejatinya adalah hal yang paling dipahami oleh entitas perbankan.

Penguatan sistem termasuk sistem backup juga tidak boleh tertinggal. Seharusnya bagi perbankan, sistem backup sudah berjalan jauh hari sebelum terjadinya gangguan sistem di BSI.

Berkaca pada teori Customer Relationships Management (CRM), BSI perlu memikirkan langkah peningkatan pelayanan sebagai kompensasi para nasabah yang mengalami kerugian. Kepercayaan nasabah yang dibangun bertahun-tahun harus terus dijaga.

Manajemen BSI harus berpikir tentang layanan tambahan yang bisa didapatkan nasabah setelah semua sistem normal kembali.

Kita meyakini jika BSI sebagai entitas besar ekosistem ekonomi syariah Indonesia bisa bangkit mengatasi persoalan ini. Sementara pegiat ekonomi syariah bisa menjadi rujukan publik untuk menjaga kepercayaan terhadap ekonomi syariah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com