Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soroti AS Terancam Gagal Bayar Utang, Gubernur BI: Ujung-ujungnya Ada Kesepakatan

Kompas.com - 25/05/2023, 15:53 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembahasan batas atas atau plafon utang AS masih menjadi perhatian utama banyak pihak. Pasalnya, pembahasan tersebut berlangsung alot sehingga membuat ketidakpastian pasar keuangan global semakin tinggi.

Meskipun demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini bahwa kesepakatan antara pemerintah dan kongres AS terkait debt ceiling nantinya akan terjadi. Hal ini melihat historis pembahasan kenaikan plafon utang AS pada tahun-tahun sebelumnya.

"Kami melihat asesmennya dari dulu kalau ada terjadi negosiasi ini ujung-ujungnya akan ada kesepakatan," kata dia dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (25/5/2023).

"Yang kami perkirakan (kesepakatan terjadi) awal Juni atau pertengahan Juni," tambah Perry.

Baca juga: Dibayangi Kekhawatiran Gagal Bayar Utang AS, Wall Street Berakhir Merah

BI waspadai ketidakpastian pasar 

Menurut Perry, saat ini pemerintah dan kongres AS tengah mencari titik tengah terkait kenaikan batas atas utang. Salah satu opsi utama yang mungkin terjadi untuk mencapai kesepakatan tersebut ialah Pemerintah AS menurunkan anggaran belanja pemerintah.

"Ini yang harus kita lihat, diskusi masih berlanjut. Tentu saja masih ada ketidakpastian," ujarnya.

Walaupun kesepakatan antara kedua belah pihak akan terjadi, Perry menyoroti respons pasar terkait negoisasi yang berlangsung. Sebab, penafsiran terkait negoisasi debt ceiling di pasar sangat variatif sehingga menimbulkan ketidakpastian.

"Dalam proses ini terjadi perbedaan pendapat, reaksi pasar yang berbeda ini yang kami sebut tetap tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," ucap Perry.

Baca juga: BNP Paribas Asset Management: Belum Pernah Ada Dalam Sejarah AS Gagal Bayar Utang

AS terancam gagal bayar utang Rp 461.000 triliun

Sebelumnya diberitakan, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy mengatakan, diskusi terkait plafon utang berjalan produktif, tetapi belum mencapai suatu kesepakatan.

Plafon utang adalah batas pengeluaran yang ditetapkan oleh Kongres yang menentukan berapa banyak uang yang dapat dipinjam pemerintah.

Kegagalan untuk menaikkannya melampaui batas saat ini sekitar 31,4 triliun dollar AS, atau setara dengan lebih kurang Rp 461.000 triliun (kurs Rp 15.000) akan membuat AS gagal membayar utangnya. Hal tersebut berarti, pemerintah tidak dapat meminjam uang lagi atau membayar semua tagihannya.

Tak hanya itu, gagal bayar utang AS juga akan mengancam serta mendatangkan malapetaka pada ekonomi global, memengaruhi harga, dan tingkat hipotek di negara lain.

Menteri Keuangan Janet Yellen telah berulang kali menegaskan bahwa Amerika Serikat kemungkinan akan gagal membayar utang AS  paling cepat 1 Juni jika tidak ada kesepakatan yang tercapai.

"Jika Kongres gagal menaikkan batas utang, itu akan menyebabkan kesulitan besar bagi rumah tangga di Amerika Serikat," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com