Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Backlog" Perumahan Masih Tinggi, Hunian TOD Makin Dibutuhkan

Kompas.com - 28/05/2023, 06:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebutuhan hunian untuk milenial, terutama untuk rumah tangga baru, masih sangat tinggi. Salah satu solusinya adalah hunian berkonsep TOD (Transit Oriented Development) atau hunian praktis yang dekat dengan akses transportasi.

Menurut pengamat properti Anton Sitorus, salah satu penentu keputusan pembelian rumah adalah harga. Jika harga perumahan sesuai dengan kemampuan masyarakat, dipastikan akan laku keras. Tapi jika terlalu mahal, pastinya sulit untuk dibeli.

Permasalahan ketersediaan lahan, lanjut Sitorus, juga menjadi salah satu faktor dari tingginya harga hunian, apalagi di kota-kota besar.

Di wilayah DKI Jakarta misalnya, dari data BPS menyebut hanya 35 persen rumah tangga memiliki hunian yang layak, dan 37,71 persen di antaranya memilih untuk menyewa atau mengontrak.

Baca juga: Jokowi Minta Lahan Nganggur KAI Dekat Stasiun Dibangun Hunian TOD

Selain itu, karakteristik masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal dekat dengan tempat kerja dan memiliki kemudahan akses transportasi menjadi penyebab tingginya persentase penyewa tempat tinggal di Jakarta.

Oleh sebab itu, mekanisme pengembangan kawasan hunian yang praktis dalam menjangkau hunian, lokasi kerja dengan harga yang masuk akal pun digadang-gadang para pengembang.

"Apalagi tren TOD yang kini sedang populer mengisyaratkan kebutuhan hunian TOD semakin besar," ujar Founder Rumah Milenials serta Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas, Taufan Teguh Akbari, melalui keterangannya, Sabtu (27/5/2023).

Baca juga: Nilai Investasi Proyek TOD MRT Jakarta Capai Rp 1,5 Triliun di 2022

Senada, pengamat properti sekaligus Excecutive Director Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda juga menilai perlunya pengembangan hunian TOD sebab harga tanah yang terus meningkat. Oleh sebab itu, Ali menganjurkan agar pemerintah dan BUMN mengamankan tanah-tanah miliknya untuk dibangun TOD.

Ia menambahkan, pembangunan kawasan hunian TOD yang dibangun Perumnas menjadi satu terobosan hunian yang dapat menjawab tingkat pembelian hunian terintegrasi di tengah kota.

"Untuk itu, diperlukan terobosan dalam hal penyediaan hunian yang mampu mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya seperti pengembangan kawasan hunian berbasis TOD yang pertama kali diperkenalkan dan dipelopori Perum Perumnas," ujar Ali.

Baca juga: Hunian TOD Dinilai Bisa Jadi Solusi untuk Mengatasi Kemacetan di Kota Besar

Senior Associate Director Colliers Indonesia, Ferry Salanto menambahkan, hunian berkonsep TOD makin diminati di tengah persoalan kenaikan harga BBM dan pajak kendaraan bermotor, pembatasan plat ganjil genap dan rencana penerapan ERP di beberapa jalan di Jakarta. 

“Peluang hunian TOD di DKI Jakarta menjelaskan bagaimana pengembangkan konsep TOD didorong oleh tren pembangunan sarana transportasi massal," jelas Ferry.

Baca juga: Investasi Hunian TOD Dekat Akses KRL Dinilai Menjanjikan

 

Contoh TOD Perumnas

Salah satu contoh TOD adalah Samesta Mahata Margonda Depok milik Perum Perumnas, yang pembangunannya telah selesai 100 persen. Hunain TOD itu diresmikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada acara peresmian Hunian Milenial untuk Indonesia di Pondok Cina, Depok, 13 April 2023 lalu.

“Masalah hunian yang disinergikan dengan transportasi umum bisa menjadi solusi untuk menekan penggunaan kendaraan pribadi agar kemacetan bisa dikurangi”, ujar Erick Thohir, saat itu.

Ia juga menyebutkan, hunian TOD memiliki persentase minat yang cukup tinggi, bahkan saat peresmian Samesta Mahata Margonda Depok, sebanyak 65 persen dari unit yang tersedia sudah laku.

Selain di Depok, hunian Perumnas pun tersebar di lokasi Serpong Tangerang Selatan, Tanjung Barat dan Cengkareng Jakarta, Karawang, Dramaga dan Parung Panjang Bogor.

Dirut Perumnas mengatakan, pihaknya memiliki dua proyek vertikal lain yang terintegrasi langsung dengan stasiun, yaitu Samesta Mahata Serpong yang terkoneksi langsung dengan stasiun Rawa Buntu dan Samesta Mahata Tanjung Barat yang terintegrasi dengan stasiun Tanjung Barat.

Kedua proyek TOD tersebut hingga saat ini sedang dalam proses pembangunan.Progres fisik pembangunan Samesta Mahata Tanjung Barat sudah mencapai 80 persen dan Samesta Mahata Serpong mencapai 76 persen.

“Perumnas bertekad untuk menyediakan hunian bagi masyarakat Indonesia, pembangunan proyek-proyek TOD ini diharapkan mampu memberikan dampak positif pada pengurangan angka backlog di Indonesia sekaligus menjadi benchmark pembangunan hunian terintegrasi transportasi di kota-kota lain”, ucap Budi.

Sebagai informasi, dilansir dari data Survei Sosio Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021 jumlah backlog kepemilikan hunian di Indonesia mencapai 12,7 juta rumah.

Angka ini berpotensi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com