Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Menimbang dan Mengevaluasi Keberadaan Perusahaan Pinjol

Kompas.com - 08/06/2023, 08:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apalagi jika bunganya menggila, seperti pinjol. Generasi muda kita atau generasi sandwich ini diiming-imingi kemudahan akses yang sangat tidak berbatas, tapi masa depan keuangannya tergadaikan, data-data pribadinya tersandera, mentalitas konsumtifnya semakin menggila, dan ancaman kerusakan relasi sosial akibat ulah debt collector, jika kreditnya macet.

Saya tentu sepakat jika dikatakan literasi fintech dan literasi keuangan sangat mendesak dibutuhkan. Namun persoalan itu hanya atributif sifatnya.

Model bisnis "digitalisasi lintah darat" adalah inti persoalannya, karena itu haruslah dievaluasi sedalam-dalamnya, karena terkait dengan masa depan ekonomi generasi muda bangsa ini di satu sisi dan masa depan "gaya hidup" yang baik/sehat mereka di sisi lain.

Gaya hidup yang dibawa pinjol adalah gaya hidup konsumtif tanpa teding aling-aling, yang membuat keringat dan kerja keras generasi muda kita tidak lagi menjadi berlian yang akan menopang masa depan mereka, tapi justru menjadi agunan yang akan terus menyandera gerak langkahnya.

Model bisnis ‘lintah darat digital’ ini harus dijinakkan dan diarahkan ke sektor produktif yang aman.

Bunga tinggi harus dievaluasi, jaminan keamanan terkait data pribadi harus ditingkatkan, ulah debt collector harus juga ditertibkan, dan literasi digital yang positif untuk generasi muda kita harus benar-benar disiapkan secara matang dan komprehensif lalu disosialisasikan.

Karena pembiaran atas model bisnis yang membangun kejayaanya dengan bunga yang tinggi sesungguhnya tidak sedang membantu siapa-siapa, kecuali dirinya sendiri.

“If the debt which the banking companies owe be a blessing to anybody, it is to themselves alone, who are realizing a solid interest of eight or ten per cent on it," tulis Thomas Jefferson kepada John W. Eppes, tahun 1813.

Untuk itulah perkara pinjol dengan bunga yang menggila tersebut harus dibatasi dan diatur seketat mungkin.

Jika tidak, maka hidup yang menanti generasi muda di negeri ini adalah hidup pahit nan getir ala kelas menengah ke bawah di Amerika Serikat yang mayoritas terikat pada pembayaran satu paycheck ke paycheck lainnya setiap bulan.

Sangat miris bukan. Apakah ini yang ingin dicapai oleh OJK dan Kementerian Keuangan yang berniat menghentikan moratorium perusahaan pinjol? Jika demikian tentu sangat menyedihkan!

Dan bagi generasi muda, hiduplah sederhana sesuai kemampuan. Masa muda adalah masa berjuang dan kerja keras.

Masa berleha-leha akan ada waktunya, setelah perjuangan dengan bekerja keras membuahkan hasil manis.

Janganlah jadi korban gaya hidup berlebihan, jangan terlalu konsumtif, sisihkan penghasilan untuk investasi masa depan, seperti menabung untuk memiliki tempat tinggal, asuransi kesehatan, dan investasi hari tua.

Jika punya passion bisnis, sisihkanlah penghasilan untuk tabungan modal usaha yang tentunya telah direncanakan dengan baik terlebih dahulu.

Dan jika terpaksa harus berurusan dengan kredit, pinjol, dan sejenisnya, pelajari secara detail dan mendalam terlebih dahulu, terutama cost dan benefit, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang sebagai bagian dari literasi finansial yang harus dilalui. Semoga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com