NEW YORK, KOMPAS.com – Bursa saham AS atau Wall Street ditutup bervariasi pada akhir perdagangan Rabu (7/6/2023). Pergerakan harga saham masih dibayangi oleh potensi The Fed menaikkan suku bunga, di tengah rilis data ekonomi AS yang membaik.
S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup lebih rendah pada akhir perdagangan Rabu, dimana S&P 500 turun 0,38 persen menjadi 4.267,52, dan Nasdaq melemah 1,29 persen pada level 13.104,89. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average, menguat 91,74 poin, atau 0,27 persen ditutup pada level 33.665,02.
Sektor energi adalah sektor S&P 500 dengan kinerja terbaik, yang menguat sekitar 2,6 persen. ETF eksplorasi dan produksi migas S&P SPDR (XOP) dan First Trust Natural Gas ETF (FCG) masing-masing melonjak lebih dari 3 persen.
Baca juga: Menteri PUPR soal Merger Waskita Karya dan HK: Masih Wacana
Bank-bank regional juga mengalami kenaikan harga saham, dimana SPDR S&P Regional Banking ETF (KRE) naik lebih dari 3 persen. Saham PacWest Bancorp melonjak 14,4 persen, sedangkan Zions Bancorporation naik 4,5 persen.
Harga saham telah mengalami kenaikan baru-baru ini karena, prospek Artificial Intelligence (AI) yang terus dikembangkan perusahaan teknologi. Selama tiga bulan terakhir, S&P 500 mengalami kenaikan lebih dari 7 persen, yang ditopang oleh saham teknologi.
Kepala investasi Crossmark Global Investments Bob Doll memperingatkan, meskipun pasar mengalami reli dalam beberapa hari terakhir, dampak lebih besar dari kenaikan suku bunga Federal Reserve kemungkinan akan terasa di masa depan.
Baca juga: Diduga Memanipulasi Laporan Keuangan, Ini Respons Waskita Karya
“AS masih memiliki indikator ekonomi utama yang turun selama 13 bulan berturut-turut. AS juga masih memiliki kurva imbal hasil terbalik dan masalah likuiditas,” kata Doll mengutip CNBC.
“Saya pikir bursa saham akan mengalami lebih banyak dampak di masa mendatang. Investor perlu sedikit berhati-hati, karena inibuka rute reli panjang,” lanjutnya.
Defisit perdagangan AS terus meningkat pada bulan April, namun peningkatan yang terjadi di bawah ekspektasi para ekonom. Defisit tercermin dari pertumbuhan PDB yang lebih rendah untuk kuartal kedua.
Baca juga: Elnusa Tebar Dividen Rp 189 Miliar, 50 Persen dari Laba Bersih 2022
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.