Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joshua Agusta
Executive Director

Joshua is an ED at Vertex Ventures. Prior to joining Vertex, Joshua was a Director of Venture Funds at Mandiri Capital Indonesia, the corporate VC arm of Bank Mandiri, one of the largest financial institutions in Indonesia. During his tenure at Mandiri Capital, he successfully set up and led the creation of Indonesia Impact Fund ($25Mn AUM) and Merah Putih Fund ($300Mn AUM). Joshua was also one of the founding team at MDI Ventures, the Corporate VC arm of Telkom Indonesia, Indonesia’s largest telco company. His last held position was a Vice President of Investments where he led all the investment operations of MDI Ventures and managed to secure a total of 7 exits during his tenure.

Katalis Revolusi Startup Indonesia

Kompas.com - 08/06/2023, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Istilah ini berasal dari ungkapan Tionghoa tahun 2000-an untuk orang-orang yang kembali ke negara asal setelah mengenyam pendidikan di luar negeri.

Kehadiran ‘SEA Turtles’ – atau dalam hal ini ‘Indonesian Turtles’ – banyak mengambil hati para startup maupun kapital ventura, terutama karena value yang mereka miliki sangat tinggi.

Oleh karena itu, Go-Jek dan Bukalapak secara aktif merekrut talenta terbaik Indonesia dari sekolah-sekolah di AS, sementara Intudo Ventures mengadakan Pulkam SEA Turtle Fellowship untuk mendukung para migran Indonesia yang kembali dengan visi bisnis mereka.

Gelombang kedua: Dampak alumni startup di Indonesia

Alumni startup yang sudah sukses kerap kali memulai proyek bisnis mereka sendiri di sektor yang sama, yakni teknologi.

Misalnya, alumni pekerja PayPal telah sukses meluncurkan bisnis mereka sendiri, seperti Elon Musk (Tesla, SpaceX), Peter Thiel (Palantir, Valar Ventures) dan Steven Chen (YouTube).

Demikian pula di Indonesia, banyak dijumpai gelombang kedua founder startup di Indonesia yang dipimpin oleh mantan karyawan Go-Jek, baik di sektor Property Tech, Edtech, Fintech, dan bahkan HealthTech.

Ada beberapa alasan yang memungkinkan fenomena 'alumni' berkembang pesat, seperti:

1. Waktu dan kesempatan

Ketika startup seperti Go-Jek telah mencapai status unicorn, perusahaan harus bertransisi dari pertumbuhan bisnis yang dikomandoi oleh founders, menuju pertumbuhan masa depan yang dipimpin oleh tim penerus.

Saat para founder keluar dari perusahaan, karyawan melihat hal tersebut sebagai momen perubahan karier untuk membuat sesuatu yang baru di luar sana.

Dayu Dara Permata, misalnya, beralih dari Senior VP GoJek menjadi founder Proptech, dan mengembangkan bisnisnya hingga valuasi pasca-Seri-B sebesar 225 juta dollar AS.

CTO PropTech, Ahmed Aljunied, menjelaskan bagaimana GoJek dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap anak perusahaan untuk beroperasi seperti startup tersendiri.

Tiap anak perusahaan harus mempresentasikan rencana pengembangan bisnis kepada pimpinan senior dan menggalang dana untuk pengembangan produk dan berbagai proyek bisnisnya sendiri.

2. Kemitraan startup-investor

Biasanya, investor memiliki koneksi yang kuat dengan tim founder dan manajemen dari startup yang ada di portofolio mereka.

Ketika salah satu tim manajemen mengungkapkan ketertarikan untuk meninggalkan startup dan memulai usaha mereka sendiri, investor sering kali tetap menjaga hubungan baik atau bahkan bermitra dengan mereka.

Dampak networking ini sangat penting untuk menumbuhkan fenomena 'alumni startup' di Indonesia.

3. Kesempatan untuk belajar

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com