Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan SYL: Saat Panen Melimpah, Produktivitas Padi Tertinggi dalam 77 Tahun, Kita Malah Impor

Kompas.com - 21/06/2023, 14:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyayangkan adanya rencana importasi beras yang dilakukan pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Perdagangan.

Mentan SYL mengungkapkan, selama ini kinerja sektor pertanian cukup memuaskan mengingat dalam empat tahun terakhir Indonesia berhasil melewati berbagai ancaman krisis global terutama saat pandemi maupun perubahan cuaca iklim dunia.

"Mau sampai kapan saudara di saat panen raya melimpah dan produktivitas (padi) kita tertinggi selama 77 tahun, kita malah impor. Mungkin karena ada alasan-alasan yang harus kita bisa terima dengan baik tetapi kita berharap selain importasi yang ada belilah hasil pertanian rakyat," ujar Mentan SYL dalam siaran resminya, Rabu (21/6/2023).

Baca juga: Ironi Indonesia, Warganya Penggila Tempe, tapi Kedelainya Impor

Di sisi lain, kata SYL, Indonesia juga telah berhasil mendapatkan penghargaan dari Organisasi Pangan dan Pertanian dunia (FAO) dan Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) swasembada beras selama tahun 2019-2021.

Dengan begitu Mentan SYL berharap ke depan tidak ada impor yang dilakukan karena petani sukses bekerja menyediakan produksi dalam negeri.

"Pernah dengar orang lapar di saat covid? Data BPS menyebut sektor pertanian naik sampai 16,42 persen. Jadi sekali lagi saya tidak suka orang-orang yang impor dan bermain-main untuk dengan petani," katanya.

“Karena itu saya selalu marah dengan impor, produktivitas kita tinggi buat apa impor," sambung Mentan SYL.

Baca juga: Tren Impor Gandum, Gula, Sayur dan Buah Terus Meroket, Mendag: Harus Dikendalikan

 


Pertanian bagi Mentan SYL adalah sektor yang paling strategis dalam meningkatkan nilai tambah baik untuk masyarakat desa maupun kota. Pertanian bahkan bisa menjadi daya gedor bagi tumbuh kembangnya ekonomi nasional.

Hal ini terbukti karena pertanian mampu tumbuh sebesar 16,42 persen disaat sektor lainya terpuruk akibat pandemi covid 19.

“Saya tegaskan di Kementan kita semua patuh 3 hal, yaitu patuhi SOP, jangan berbuat melawan hukum, dan No corruption di pertanian. Itu perintah saya selama ini,” tegasnya.

Baca juga: Jokowi Buka Keran Impor Beras 1 Juta Ton dari India

Diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan berencana akan mengimpor beras sebanyak 1 juta ton dari India.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan, rencana pengadaan beras ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi dampak El Nino bilamana kebutuhan beras di Tanah Air berkurang.

"Beras kita memang harus ambil walaupun kadang-kadang tidak populer, ambil inisatif. Kalau El Nino berat harganya kita enggak boleh beras kurang. Oleh karena itu saya sudah (tandatangani) Momerandum of Understanding atau nota kesepahamanan dengan India 1 juta ton sewaktu-waktu bisa beli. Government to Government kita sudah pesan 1 juta ton," ujar Mendag Zulhas usai peluncuran buka di Jakarta, Kamis (15/6/2023).

Mendag Zulhas menuturkan rencana importasi tersebut dilakukan di luar penugasan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) ke Perum Bulog untuk impor beras 2 juta ton sepanjang 2023.

"Iya, iya di diluar, ini baru MoU untuk harga tetap barang ada tapi belum kita beli tapi sudah ada MoU GtoG, tahun ini kalau butuh bisa beli. Barangnya sudah ada," ungkap Zulhas.

Perum Bulog juga mendapat penugasan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk impor beras 2 juta ton. Penugasan ini diketahui melalui Surat Penugasan tertanggal 24 Maret 2023 oleh Kepala Bapanas Arief Prasetyo ke Bulog.

Pada surat itu disebutkan impor beras tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan cadangan beras pemerintah (CBP) hingga akhir tahun 2023. Namun, untuk saat ini yang perlu segera dilakukan adalah impor beras sebanyak 500.000 ton yang masih terus berangsur kedatangannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com