Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Hentikan Impor Sapi Australia, Pengusaha: Jangan Sampai Terjadi Kekurangan...

Kompas.com - 02/08/2023, 21:11 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) meminta pemerintah untuk segera mengambil langkah antisipasi menyiapkan cadangan daging sapi.

Hal tersebut seiring dengan kebijakan Indonesia yang menghentikan sementara impor sapi bakalan asal Australia lantaran terdeteksi secara klinis penyakit Lumpy Skin Diseases (LSD) atau penyakit kulit berbenjol.

Ketua Umum GAPMMI Adhi S.Lukman menuturkan, pihaknya menyambut baik kebijakan yang diambil pemerintah yang memberhentikan sementara impor sapi karena menyangkut kesehatan. Namun di lain sisi, pemerintah juga harus bisa membuat antisipasi bilamana stok daging sapi di Indonesia berkurang khususnya untuk industri, mengingat tingkat konsumsi akan daging sapi di Indonesia yang juga tinggi.

Baca juga: Badan Karantina Pertanian Beberkan Kronologi Sapi Impor asal Australia Terinfeksi Penyakit Kulit

“Kita harus antisipasi kekurangannya mau dari mana karena sekarang kan Australia kan termasuk andalan untuk industri berbasis daging sapi. Australia masih jadi andalan selain India sekarang. Jadi kita harus antisipasi jangan sampai terjadi kekurangan karena terus terang untuk lokal masih berat untuk pemenuhan di industri khususnya,” ujar Adhi saat ditemui Kompas.com di Jakarta, Rabu (2/7/2023).

Adhi menuturkan, Indonesia harus sudah menjajaki negara lain selain Australia lantaran akan takut kalah saing dengan Malaysia, Singapura, hingga Thailand yang juga merupakan negara yang masih membutuhkan sapi impor. Hal ini pun menurut Adhi secara tidak langsung akan berimbas pada naiknya harga daging sapi.

“Kalau kita enggak antisipasi ini kita akan kalah saing dengan negara-negara itu karena butuh juga impor sapi. Makanya kita harus lebih banyak memperluas pasokan daging dari mancanegara tapi satu sisi saya setuju memang kita harus hati-hati dengan penyakit,” pungkas Adhi.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) membeberkan kronologi masuknya sapi impor asal Australia yang terdeteksi secara klinis penyakit Lumpy Skin Diseases (LSD) atau penyakit kulit berbenjol.

Kepala Barantan Bambang menuturkan, awalnya Australia mengimpor sebanyak 8 kapal sapi dari negaranya ke Indonesia. Sayangnya dia belum bisa membeberkan berapa jumlah total sapi bakalan yang dikirim ke Tanah Air.

Kemudian ketika sampai di Indonesia, Barantan selaku otoritas Karantina Pertanian telah melakukan tindakan sesuai dengan standar prosedur impor komoditas pertanian, yakni hewan yang masuk ke wilayah NKRI akan dilakukan tindakan karantina guna memastikan kesehatan dan keamanan.

Setelah itu, petugas memberikan tanda khusus pada sapi-sapi impor yang menunjukkan gejala klinis untuk selanjutnya dilakukan pengambilan sampel sesaat setelah bongkar dari alat angkut.

Namun ternyata pada saat pengecekan di atas kapal oleh petugas Karantina Pertanian Tanjung Priok, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada 25 Mei hingga 26 Juli 2023, dari hasil pemeriksaan laboratorium, ada 13 sapi yang positif terdeteksi LSD.

Menyusul itu pihaknya langsung melakukan tindakan berupa pemotongan bersyarat yang diawasi oleh Dokter Hewan Karantina.

"Kami dapati temuan gejala klinis LSD pada sapi impor terus bertambah, karena itu kami putuskan untuk menangguhkan importasi dari empat fasilitas tersebut," ujar Bambang saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (1/8/2023).

Baca juga: Badan Karantina Pertanian: Kami Tidak Menutup Permanen Impor Sapi dari Australia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com