Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamen BUMN Buka-bukaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Nyaris Mangkrak

Kompas.com - 02/08/2023, 22:20 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo membeberkan pengalamannya menangani proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Banyak masalah serius yang mendera proyek yang didanai utang China tersebut.

Tiko, sapaan akrabnya, menyebut saat pertama kali ditugaskan menangani Kereta Cepat Jakarta Bandung pada 2019, proyek tersebut bahkan bisa dibilang nyaris mangkrak.

Bila dibiarkan kala itu, mega proyek bernilai ratusan triliun itu bisa berakhir menjadi besi tua. Menurutnya, butuh upaya yang besar mulai dari pemetaan proyek hingga negosiasi dengan pihak China untuk penyelesaian proyek ini.

"Saya harus menyelesaikan barang ini yang waktu itu di 2019 nyaris mangkrak. Lalu dipetakan lagi supaya barang ini jalan dan akhirnya beroperasi bagaimana pun caranya," ujar Tiko dikutip pada Rabu (2/8/2023).

Baca juga: Wamen BUMN Buka-bukaan Amburadulnya Koordinasi Para Kontraktor LRT

Langkah pertama yang dilakukan pihaknya guna menyelematkan proyek ini adalah dengan melakukan negosiasi dengan pihak China, di mana proyek ini juga banyak digarap kontraktor dari Negeri Tirai Bambu.

Ia mencontohkan, sebagian pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung sempat terkatung-katung saat menemui masalah serius pada kondisi tanah yang labil sehingga sulit dibuat terowongan (tunnel).

Setelah pekerja lokal dan pekerja China angkat tangan, pihak kontraktor dari Beijing akhirnya berpikir keras untuk membuat bor yang bisa menembus batuan di kawasan pegunungan di sekitar Padalarang.

"Tiap kali dibor, ambrol lagi, dibor ambrol lagi. Akhirnya sama China diskusi panjang lebar dan meng-create bor baru. Jadi dia sambil bor, dia bisa sambil ngecor," kata dia.

Baca juga: Kritik Proyek LRT Salah Desain, Wamen BUMN: Belok Harus Pelan Sekali

Masalah serius lainnya yang cukup rumit adalah kesepakatan bunga utang dari China yang dianggap masih tinggi. Terlebih investasi Kereta Jakarta Bandung rupanya membengkak sangat tinggi.

Pemerintah pun juga belakangan menyuntik dana APBN ke proyek ini melalui PMN PT KAI (Persero), meski pada awalnya KCJB dijanjikan tanpa menggunakan uang pajak sepeser pun.

"Jadi kita bikin PMO besar dengan berbagai komponennya, ada yang ngurusi mengenai civil works-nya, sarananya, stasiunnya, integrasi teknologinya, negosiasi keuangan dengan China, mengubah Perpres," paparnya.

Investasi mahal

Pemerintah Indonesia dan China beberapa waktu lalu sudah menyepakati besaran pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Baca juga: Berapa Biaya Bangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung Per Kilometernya?

Setelah dilakukan audit menyeluruh, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung mengalami pembengkakan biaya sebesar Rp 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,02 triliun.

Angka tersebut merupakan hasil audit dari setiap negara yang kemudian disepakati bersama. Dengan demikian, biaya total proyek yang berlangsung sejak 2016 itu kini mencapai 7,27 miliar dollar AS atau setara Rp 110,22 triliun (kurs Rp 15.100).

Nilai setelah pembengkakan ini sejatinya sudah jauh melampaui investasi dari proposal Jepang melalui JICA yang memberikan tawararan proyek KCJB sebesar 6,2 miliar dollar AS dengan bunga 0,1 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sasar Milenial, MSIG Life dan Bank BJB Luncurkan Asuransi Jiwa Smile Life Extra Plus

Sasar Milenial, MSIG Life dan Bank BJB Luncurkan Asuransi Jiwa Smile Life Extra Plus

Whats New
Dukung Pengembangan SDM, IWIP-WBN Buka Program Beasiswa untuk Mahasiswa dan Mahasiswi di Halteng dan Haltim

Dukung Pengembangan SDM, IWIP-WBN Buka Program Beasiswa untuk Mahasiswa dan Mahasiswi di Halteng dan Haltim

Whats New
Renovasi hingga Buka Toko Baru, Supra Boga Lestari Siapkan Capex Rp 49,5 Miliar

Renovasi hingga Buka Toko Baru, Supra Boga Lestari Siapkan Capex Rp 49,5 Miliar

Whats New
'Multiplier Effect' Gaji ke-13 PNS, TNI-Polri, dan Pensiunan

"Multiplier Effect" Gaji ke-13 PNS, TNI-Polri, dan Pensiunan

Whats New
Aturan Impor Direvisi, Dunia Usaha: Terima Kasih Pemerintah...

Aturan Impor Direvisi, Dunia Usaha: Terima Kasih Pemerintah...

Whats New
Malaysia Mulai Pangkas Subsidi Solar, Hemat Rp 12,7 Triliun Setahun

Malaysia Mulai Pangkas Subsidi Solar, Hemat Rp 12,7 Triliun Setahun

Whats New
63 Persen Gen Z Sebut Lebih Penting Bawa Smartphone Ketimbang Dompet, Berikut Alasannya

63 Persen Gen Z Sebut Lebih Penting Bawa Smartphone Ketimbang Dompet, Berikut Alasannya

BrandzView
Harga Bitcoin Intip Level Tertinggi Sepanjang Sejarah

Harga Bitcoin Intip Level Tertinggi Sepanjang Sejarah

Whats New
Emiten Ritel RANC Absen Bagi Dividen, Ini Sebabnya

Emiten Ritel RANC Absen Bagi Dividen, Ini Sebabnya

Whats New
Dukung Ekosistem Urban Terintegrasi, Bank Mandiri Perkuat Kemitraan dengan Lippo Group

Dukung Ekosistem Urban Terintegrasi, Bank Mandiri Perkuat Kemitraan dengan Lippo Group

Whats New
OJK: Proses Merger Bank MNC dan Nobu Masih Lanjut, Saat Ini Tahap 'Cross Ownership'

OJK: Proses Merger Bank MNC dan Nobu Masih Lanjut, Saat Ini Tahap "Cross Ownership"

Whats New
Kondisi Perekonomian Global Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen

Kondisi Perekonomian Global Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen

Whats New
Indonesia Mampu Menghasilkan Karet Lebih Besar daripada Amerika Serikat

Indonesia Mampu Menghasilkan Karet Lebih Besar daripada Amerika Serikat

Whats New
Citi Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 665,9 Miliar pada Kuartal I-2024

Citi Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 665,9 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Perkebunan Karet Besar di Indonesia Banyak Dijumpai di Mana?

Perkebunan Karet Besar di Indonesia Banyak Dijumpai di Mana?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com