Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Bonus Demografi, "Middle Income Trap", dan Generasi Muda

Kompas.com - 27/08/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Untuk keluar dari posisi ini dibutuhkan pendapatan per kapita di atas 13.000 dollar AS alias lebih dari tiga kali lipat per kapita.

Artinya dibutuhkan pertumbuhan ekonomi sekitar 7 persenan secara konsisten selama 20 tahun atau 10 persen secara konsisten selama 15 tahun untuk sampai pada level tersebut.

Masalahnya, Presiden Jokowi yang berkoar-koar tentang bonus demografi dan middle income trap saja bahkan tidak mampu menorehkan angka tersebut.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi era Jokowi berkuasa selama sembilan tahun hanya lima persen, jauh dari janji kampanye yang beliau sampaikan, yakni 7 persen.

Kegagalan Jokowi dalam meraih pertumbuhan 7 persen tersebut semestinya menjadi catatan penting bagi kandidat Pilpres 2024 seperti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan bahwa tegak lurus bersama Jokowi justru tidak akan menghasilkan mimpi untuk keluar dari middle income trap.

Dibutuhkan tambahan pendekatan - pendekatan baru dan strategi baru agar angka 7 persen ke atas bisa diraih.

Mengapa hanya untuk Ganjar dan Anies? Karena sebagaimana kita ketahui, Prabowo Subianto sudah tak berpikir apa-apa lagi soal strategi untuk memajukan Indonesia lantaran telah lantang menyuarakan untuk melakukan "copy paste" atas segala yang telah dilakukan Jokowi.

Jadi, fenomena middle income trap sebenarnya bukan isu baru dalam ekonomi pembangunan (development economics), terutama untuk Indonesia.

Dalam ekonomi pembangunan, pengalaman berbagai negara yang gagal menjadi negara industri, seperti negara-negara di kawasan Amerika Latin, menjadi pelajaran yang sangat penting, yang tentunya harus kita renungkan.

Menurut World Bank (2012), dari 101 negara middle income tahun 1960, hanya 13 negara yang berhasil mencapai high income countries tahun 2008, sebanyak 88 negara tidak beranjak dari middle income trap.

Sementara itu, menurut ADB (Asian Development Bank), pada 2010, dari 52 negara middle income countries, sebanyak 35 negara terjebak dalam status the middle income group, yang berarti negara-negara ini tetap terjebak kepada middle income trap, malah 30 negara di antaranya terjebak dalam lower middle income trap.

Lantas, bagaimana dengan peta peran yang akan diemban oleh generasi milenial?

Jika dikalkulasi secara kasat mata, pada 2030, para generasi milenial akan ada pada rentang usia 30-50 tahun. Dengan kata lain, generasi milenial adalah generasi yang sedang bercokol pada masa produktifnya saat Indonesia bertemu tahap bonus demografi.

Rentang umur 30-50 adalah rentang umur krusial, baik bagi generasi milenial yang duduk di bangku kekuasaan nantinya (eksekutif, legislatif, atau yudikatif), atau bagi yang sedang menjabat posisi strategis di korporasi-korporasi besar, atau yang berstatus pemilik (owner) di dunia usaha.

Pada rentang inilah terletak banyak tanggung jawab pengambilan keputusan penting, baik di pemerintahan, perusahaan/korporasi, atau di dunia usaha secara keseluruhan, yang akan berimbas besar terhadap bangsa Indonesia.

Pendeknya, jika hari ini negara Indonesia kurang berhasil dalam memfasilitasi generasi milenial untuk menjadi manusia Indonesia yang produktif, berkualitas, dan berdaya saing tinggi, maka saat bonus demografi tiba, rasanya petaka demografi memang akan ikut singgah di negara ini.

Namun jika generasi milenial mampu tampil sebagai manusia-manusia yang handal dan berdaya saing, berperan aktif menopang perekonomian nasional di segala lini, dan ikut menyiapkan landasan ekonomi yang kokoh untuk bertemu tahap bonus demografi, maka kemungkinan besar mayoritas dari jutaan angkatan kerja produktif era itu akan ikut mencicipi kemajuan perekonomian nasional dan berperan penting di dalamnya.

Walhasil, pertumbuhan 7-8 persen per tahun bukanlah hal yang mustahil. Dan peran tersebut bukanlah peran yang ringan.

Pertanyaannya, apakah generasi senior benar-benar telah melakukan segala hal dalam menyiapkan generasi milenial?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Whats New
Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Whats New
Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan 'Pertek' Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan "Pertek" Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Whats New
[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

Whats New
Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: 'Confirm' Disebabkan Internal 'Engine'

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: "Confirm" Disebabkan Internal "Engine"

Whats New
Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com