JAKARTA, KOMPAS.com - Kurs rupiah melemah 0,5 persen dalam sepekan ke Rp 15.328 per dollar AS pada pekan lalu. Untuk pekan ini, rupiah diprediksi masih akan melanjutkan pelemahannya didorong sentimen global.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari dalam negeri sebetulnya sentimennya cukup bagus. Hal ini lantaran Bank Indonesia (BI) terus melakukan intervensi di pasar DNDF, baik valas maupun obligasi yang terlihat dari tergerusnya cadangan devisa Indonesia.
Di sisi lain, konsumsi masyarakat Indonesia terus mengalami perbaikan di Agustus, bahkan melebihi ekspektasi sehingga mengindikasikan ekonomi kuartal III akan di atas kuartal II.
Baca juga: BI Sebut SRBI Bakal Jaga Nilai Tukar Rupiah
Ilustrasi uang rupiah.
Lalu, inflasi masih stabil karena adanya kerja sama BI dengan pemerintah daerah yang mengintervensi harga bahan pokok yang tinggi.
Namun, tekanan datang dari eksternal dengan kondisi kenaikan suku bunga di AS dan Eropa. Selain itu, AS dan Eropa sebentar lagi akan memasuki musim dingin ekstrim sehingga harga komoditas akan mengalami kenaikan.
"Harga lebih tinggi akan mempengaruhi inflasi dan ini yang membuat bank sentral global akan mempertahankan suku bunga tinggi, sehingga rupiah masih akan mengalami pelemahan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (10/9/2023).
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana juga sependapat bahwa kurs rupiah masih akan terdepresiasi di awal pekan ini. Menurutnya, kenaikan indeks dollar AS seiring perbaikan data ekonomi AS masih akan menjadi penekannya.
"Apalagi ada ekspektasi inflasi AS akan kembali naik di Rabu (13/9/2023) sehingga bisa menjadi tekanan lanjutan bagi rupiah," sambungnya.
Baca juga: Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.