Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Menyoal Dinamika Patologis Gen Z

Kompas.com - 13/09/2023, 06:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Walhasil, aspirasi untuk merespons rayuan-rayuan konsumerisme tersebut membuat sebagian Gen Z melakukan keputusan berbelanja barang atau jasa yang sebenarnya tidak ditopang oleh pendapatan riil mereka.

Celakanya, celah tersebut kemudian diisi platform-platform digital yang menawarkan jasa peminjaman uang atau PayLater, yang bisa diakses dengan cepat dan mudah.

Karena nyatanya terdapat disparitas pendapatan dan tingkat konsumsi yang mereka lakukan, maka Gen Z hari ini menjadi generasi yang paling banyak dijangkiti patologi finansial, yakni kredit macet pada perusahaan-perusahaan pinjol.

Berdasarkan Data Statistik Fintech Lending Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2023, nilai outstanding pinjaman macet lebih dari 90 hari mencapai Rp 1,73 triliun pada akhir semester I/2023.

Nilai tersebut naik signifikan sebesar 54,90 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, senilai Rp 1,12 triliun.

Begitu pula dengan rekening penerima pinjaman aktif di pinjaman macet lebih dari 90 hari yang melonjak 51,94 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari 395.778 entitas menjadi 601.338 entitas.

Masalahnya, menurut OJK, jika dirinci, kelompok usia di rentang 19 tahun hingga 34 tahun, atau sebagian besar masuk kategori Gen Z, mencatatkan pinjaman macet pinjol paling besar, yakni senilai Rp 763,65 miliar atau menyumbang porsi sekitar 44,14 persen.

Persentase kenaikan pinjaman macet pada Gen Z ini, menurut OJK, adalah sebesar 68,87 persen.

Sementara pada layanan Paylater, menurut data PT Pefindo Biro Kredit (IdScore), tren kredit macet paylater di semester I/2023 terus meningkat sejak Januari 2023. Total outstanding yang masuk kategori kredit macet sebesar Rp 2,15 triliun per Juni 2023.

Pada semester I/2023, total outstanding amount paylater mencapai Rp 25,16 triliun, naik 29,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau naik 3,52 persen secara mtm.

Namun menurut IdScore, kalangan yang mendominasi kredit macet paylater justru berasal dari usia di bawah 30 tahun, terutama Gen Z.

Tidak sampai di situ. Dari sisi bisnis dan investasi, Gen Z juga melakukan lompatan yang justru cukup membahayakan.

Keputusan berinvestasi Gen Z melompati asas-asas konvensional dunia bisnis, seperti asas kehati-hatian dan ketelitian. Walhasil, Gen Z cenderung memasuki dunia investasi yang berisiko tinggi.

Lima puluh lima persen investor Gen-Z di Amerika Serikat saat ini berinvestasi di cryptocurrency, demikian menurut laporan bersama Finra-CFA Institute.

Hal tersebut bisa terjadi karena perusahaan-perusahaan yang menjajakan layanan perdagangan cryptocurrency menjadikan ponsel sebagai instrumennya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com