"Pemangkasan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia dapat menyebabkan defisit 2 juta barrel per hari pada kuartal keempat, dan penurunan persediaan selanjutnya dapat menyebabkan pasar terkena lonjakan harga lebih lanjut pada tahun 2024," kata analis ANZ.
Di sisi lain, kondisi pasar minyak juga dipengaruhi produksi minyak AS dari wilayah penghasil serpih terbesar yang diperkirakan turun selama tiga bulan berturut-turut pada Oktober mendatang ke level terendah sejak Mei 2023, menurut laporan bulanan Badan Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Harga Minyak Dunia Tembus 93 Dollar AS Per Barrel, Jadi Level Tertinggi pada 2023
Kini pasar pun tengah menanti kebijakan suku bunga sejumlah bank sentral yang akan diputuskan pekan ini, terdiri dari bank sentral AS, Inggris, Jepang, Swedia, Swiss, dan Norwegia.
Kebijakan suku bunga bank sentral sangat mempengaruhi pergerakan harga minyak. Sebab, jika terjadi kenaikan suku bunga maka dapat meningkatkan bunga pinjaman dan memperlambat aktivitas ekonomi, yang kemudian berdampak pada penurunan permintaan minyak.