NEW YORK, KOMPAS.com - Pergerakan harga minyak mentah dunia bervariasi namun cenderung data pada akhir perdagangan Senin (25/9/2023) waktu setempat atau Selasa pagi WIB.
Kondisi pasar minyak dipengaruhi kebijakan Rusia yang melonggarkan larangan ekspor bahan bakarnya, serta para investor tengah mengamati kenaikan suku bunga yang dapat menekan permintaan.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik tipis 2 sen AS menjadi sebesar 93,29 dollar AS per barrel. Lalu untuk minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun tipis 35 sen AS ke level 89,68 dollar AS per barrel.
Baca juga: Mau Digugat Terkait Utang Rafaksi Minyak Goreng, Kemendag: Kami Ikuti Proses Hukumnya
Harga minyak dunia sempat mengalami kenaikan selama tiga minggu dengan naik lebih dari 10 persen, usai Arab Saudi dan Rusia membatasi pasokan dengan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir tahun.
Namun reli terhenti pada pekan lalu setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga tingginya dan memberi sinyal akan ada kenaikan suku bunga pada akhir tahun.
Potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut guna menekan inflasi ini dikhawatirkan oleh para pelaku pasar minyak.
Lantaran, kenaikan suku bunga akan berdampak pada naiknya bunga pinjaman yang dapat mengganggu aktivitas ekonomi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi, sehingga mengurangi permintaan minyak.
"Pasar mungkin masih bergulat dengan The Fed yang mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, yang dapat berdampak pada sisi permintaan," kata Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.
Kemarin harga minyak dunia sempat menguat lagi setelah Rusia sempat menyatakan larangan ekspor bahan bakar ke sebagian besar negara untuk menstabilkan pasar domestik.
Namun kini Rusia menyetujui perubahan larangan ekspor bahan bakarnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.