Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Pamapersada "Ramaikan" Bisnis Panas Bumi, Memasuki "Senja Kala" Batu Bara

Kompas.com - 28/09/2023, 14:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan kontraktor pertambangan, PT Pamapersada Nusantara, anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR), baru-baru ini mengakuisisi perusahaan panas bumi (geothermal), melalui anak usahanya PT Energia Prima Nusantara (EPN).

Energia Prima Nusantara (EPN) sendiri 51,01 persen sahamnya dimiliki oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) dan 48,99 persen oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA).

Energia Prima Nusantara (EPN) mengakuisisi 40,476 persen saham baru yang diterbitkan oleh PT Supreme Energy Sriwijaya (SES) pada Agustus 2023 melalui skema Perjanjian Pengambilan Bagian (PPSB).

Supreme Energy Sriwijaya (SES) sendiri, adalah perusahaan pemegang Izin Panas Bumi dengan kapasitas 2 x 49 MW yang telah beroperasi berlokasi di Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam dan Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.

Sara K Loebis, Sekretaris Perusahaan United Tractors mengatakan, saat ini proses akuisisi tersebut belum rampung. "Masih proses," kata Sara, ditemui di acara HUT ke-30 Pamapersada di Pulogadung, Jakarta, Rabu (27/9/2023).

Sehingga, lanjut Sara, saat ini operator panas bumi di wilayah tersebut masih Supreme Energy Sriwijaya (SES).

Baca juga: Menanam Mangrove, Mereduksi Emisi, Menuai Bisnis Keberlanjutan

Pamapersada lebih memilih bisnis panas bumi ketimbang energi baru dan terbarukan lain di masa mulai dikuranginya penggunaan batu bara. Menurut Ardhi Ishak Koesen, Promotion & Government Relation Head Pamapersada, ada alasan yang mendasarinya.

"Kami milih panas bumi karena PLTP merupakan renewable energy (energi baru gterbarukan) yang dapat menjadi load factor sistem kelistrikan tanpa adanya pengaruh kondisi cuaca. Sementara energi angin, surya, itu intermittent, tidak 24 jam," kata dia.

"Disamping itu Indonesia memiliki potensi panas bumi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan lebih lanjut dalam mendukung transisi energi," lanjutnya.

Baca juga: Upaya PAMA Pelan-pelan Menuju Bisnis Energi Hijau

Sebelumnya, CSR Department Head PAMA Maidi Irvan menyebutkan, Pamapersada mulai bergerak menuju transisi energi seiring target pemerintah mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.

Diversifikasi bisnis pun jadi keharusan. Apalagi PAMA cenderung berbisnis batu bara yang merupakan energi penghasil polusi.

"PAMA punya anak-anak usaha yang bergerak di bidang usaha ramah lingkungan untuk antisipasi jika suatu saat batu bara betul-betul tidak boleh digunakan," kata Maidi beberapa waktu lalu.

"PAMA sadar betul posisinya di mana. Kami hasilkan emisi yang besar. Mau jutaan orang bilang energi dibutuhkan manusia, batu bara bukan blue energy," lanjutnya.

Sebagai informasi, Indonesia disebut memiliki potensi energi panas bumi yang besar dan melimpah.

Baca juga: Pamapersada Nusantara Komitmen Tanam Mangrove demi Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca di Kaltim

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com