Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Program Rumah Kreatif Tamiang, Berdayakan Kelompok Difabel untuk Bangun Usaha

Kompas.com - 06/10/2023, 19:37 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertamina EP (PEP) Rantau Field, bagian dari Zona 1 Regional Sumatera Subholding Upstream Pertamina memiliki program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) andalan, Program Rumah Kreatif Tamiang, yang juga mendorong pemberdayaan masyarakat difabel di Aceh Tamiang.

Dengan TJSL yang berjalan sejak 2021 ini, diharapkan penyandang difabel di Kampung Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang bisa mengakses lapangan pekerjaan untuk memperbaiki kondisi perekonomiannya.

Program ini diinisiasi oleh Pertamina EP (PEP) Rantau Field yang bekerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tamiang, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tamiang, Kampung Tanjung Karang, SLBN Pembina Aceh Tamiang dan LSM Boemi.

Dari 2021-2023, berkembang empat unit usaha yang dijalankan seperti Bengkel Difabel, Inklusi Coffee, Rumah Limbah Difabel dan Inklusi Baking. Selain itu juga mengembangkan bank sampah sekolah inklusif.

Baca juga: Ramai soal Karyawan Difabel Alfamart, Bos AMRT: Sudah sejak 2016...

Field Manager PEP Rantau, Despredi Akbar mengatakan, pihaknya berharap Program Rumah Kreatif Tamiang mampu menjadikan wadah kreatifitas Masyarakat Penyandang Difabel Aceh Tamiang untuk mengembangkan minat, bakat dan perekonomian mereka.

"Selain itu, program ini diharapkan mampu memberikan pandangan pada masyarakat, bahwasanya masyarakat difabel juga memiliki keahlian dan dapat memiliki kegiatan usaha,” katanya melalui keterangan pers, Jumat (6/10/2023).

Program ini juga sesuai dengan tujuan 8 SDGs tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi bagi penyandang difabel.

Baca juga: Jadi Inspirasi Perusahaan, Grab Pajang Dua Foto Mitra Difabel Asal Indonesia di Menara NASDAQ

Dulu susah dapat kerja

Dede Kurniawan (38) menceritakan dirinya yang tuna daksa dulu susah dapat kerja. Namun semenjak ada Program Rumah Kreatif, ia menjadi Ketua Kelompok Bengkel Difabel, kini malah bisa membantu rekan-rekannya sesama tuna daksa mendapatkan pekerjaan.

"Ekonomi bisa meningkat, banyak pelanggan di sini. Kita juga dapat bantuan setahun sekali seperti sparepart dan lainnya," katanya.

Lain lagi cerita Yasir Muhammad (30), seorang penyandang tuna rungu, yang kesehariannya jadi petugas kebersihan sekolah. Kini ia bisa mendapatkan tambahan cuan dari Inklusi Coffe.

Yasir bilang, dia memang tidak bisa memilih pekerjaan yang diinginkan. “Sudah mendapatkan rezeki dari bersih-bersih saja sudah syukur Alhamdulillah,” katanya.

Baca juga: Kaum Difabel Mampu Bersaing di Dunia Kerja

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com