Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenis Inflasi yang Secara Ekonomis Tergolong Menguntungkan

Kompas.com - 25/10/2023, 11:16 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Tak semua inflasi berdampak negatif. Jenis inflasi yang secara ekonomis tergolong menguntungkan adalah disebut dengan creeping inflation.

Creeping inflastion juga merupakan salah satu jenis inflasi yang ada di Indonesia yang paling sering terjadi. Inflasi jenis ini relatif tidak merugikan, bahkan menguntungkan masyarakat.

Sesuai dengan namanya, creeping yang berarti merangkat dalam Bahasa Indonesia, creeping inflation artinya pergerakan inflasi seperti berjalan merangkat alias sangat lambat.

Mengutip laman Bank Sentral Nigeria, creeping inflation terjadi ketika kenaikan harga-harga barang atau jasa sangat lambat. Kenaikan harga yang dihitung dalam setahun bahkan kurang dari 3 persen.

Baca juga: Dampak Negatif Inflasi bagi Produsen atau Rumah Tangga Perusahaan

Selama kenaikan harga-harga barang tidak di atas 3 persen, maka lonjakan harga tersebut dianggap aman dan penting bagi pertumbuhan ekonomi.

Jenis inflasi yang ada di Indonesia

Creeping inflation adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan inflasi yang berlangsung secara perlahan dan stabil selama periode waktu tertentu.

Sementara inflasi adalah peningkatan umum dalam harga barang dan jasa yang terjadi dari waktu ke waktu. Sementara tingkat inflasi dapat bervariasi dari tahun ke tahun, creeping inflation merujuk pada tingkat inflasi yang rendah, tetapi terus-menerus selama periode waktu tertentu.

Dalam konteks ekonomi, creeping inflation dianggap sebagai tingkat inflasi yang moderat dan dapat dianggap sebagai hal yang wajar dalam pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Penyebab Adanya Inflasi pada Masa Awal Kemerdekaan Indonesia

Ini berbeda dengan gallop inflation (inflasi melonjak), yang merupakan peningkatan harga yang sangat cepat dan tidak stabil, dan hiperinflasi, di mana harga melonjak secara luar biasa cepat dan tidak terkendali.

Creeping inflation bisa memiliki efek ekonomi yang beragam. Di satu sisi, inflasi yang melambat bisa memotivasi konsumen untuk tidak menunda pembelian karena mereka takut harga akan naik.

Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak stabil dapat merusak stabilitas ekonomi dan mempengaruhi daya beli uang. Sebagian besar bank sentral mengincar tingkat inflasi rendah hingga sedang sebagai sasaran dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi.

Dampak buruk inflasi terlalu tinggi

Inflasi yang tinggi atau tidak terkendali dapat memiliki sejumlah dampak buruk pada perekonomian, konsumen dan produsen, dan masyarakat pada umumnya. Beberapa dampak buruk inflasi adalah:

Baca juga: Apa Itu Inflasi: Pengertian, Penyebab, dan Dampak Buruknya

  1. Penurunan daya beli: Inflasi yang tinggi mengakibatkan harga barang dan jasa naik, yang pada gilirannya mengurangi daya beli uang. Konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli barang dan jasa yang sama, sehingga daya beli mereka menurun.
  2. Ketidakpastian ekonomi: Inflasi yang tinggi atau tidak stabil menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bisnis mungkin ragu untuk melakukan investasi jangka panjang karena mereka sulit memprediksi biaya produksi dan harga jual di masa depan.
  3. Penyusutan tabungan: Individu yang menyimpan uang di rekening tabungan atau investasi dengan bunga tetap akan melihat nilai riil tabungan mereka tergerus oleh inflasi. Dalam hal ini, uang yang diinvestasikan atau disimpan kehilangan daya beli seiring waktu.
  4. Menyulitkan perencanaan keuangan: Inflasi yang tinggi membuat perencanaan keuangan lebih sulit. Individu dan rumah tangga harus lebih berhati-hati dalam merencanakan anggaran dan investasi mereka karena fluktuasi harga yang signifikan.
  5. Berkurangnya kesejahteraan sosial: Inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan kesenjangan sosial yang lebih besar karena kelompok dengan pendapatan tetap atau rendah lebih terdampak oleh kenaikan harga dibandingkan dengan mereka yang memiliki aset dan investasi yang lebih besar.
  6. Gangguan pada investasi dan pertumbuhan ekonomi: Inflasi yang tinggi atau tidak stabil dapat mengurangi minat dalam investasi produktif karena laba dari investasi dapat tergerus oleh kenaikan biaya. Ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
  7. Kenaikan bunga pinjaman: Bank sentral cenderung menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Ini bisa mengakibatkan biaya pinjaman yang lebih tinggi, sehingga mengurangi kemampuan konsumen dan bisnis untuk meminjam uang.
  8. Pengaruh buruk pada pensiun: Inflasi yang tinggi dapat merusak dana pensiun karena nilai uang pensiun tersebut menjadi kurang bernilai seiring waktu.

Kesimpulannya, jenis inflasi yang secara ekonomis tergolong menguntungkan adalah creeping inflation. Ini juga merupakan jenis inflasi yang ada di indonesia yang paling sering terjadi.

Jenis inflasi yang secara ekonomis tergolong menguntungkan adalah disebut dengan inflasi melambat atau creeping inflation.KOMPAS.COM/Muchamad Dafi Yusuf Jenis inflasi yang secara ekonomis tergolong menguntungkan adalah disebut dengan inflasi melambat atau creeping inflation.

Baca juga: Beras Jadi Biang Kerok Inflasi September

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com