Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Bisa Sentuh Rekor Tertinggi jika...

Kompas.com - 31/10/2023, 14:47 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Bank Dunia menyatakan, harga minyak dunia bisa mencapai rekor tertinggi. Ini akan terjadi jika perang Israel dan Hamas terus memanas.

Dikutip dari CNBC, Selasa (31/10/2023), jika konflik meluas melampaui perbatasan Jalur Gaza dan mengulangi embargo minyak Arab pada tahun 1973, harga minyak bisa melonjak hingga 157 dollar AS per barel. Hal ini diungkap Bank Dunia dalam laporan terbarunya, Commodity Markets Outlook.

Harga minyak tertinggi yang pernah tercatat terjadi pada Juli 2008, ketika harga acuan minyak Brent diperdagangkan pada level 147,5 dollar AS per barrel, menurut data LSEG.

Baca juga: Pantas Saja Israel Rakyatnya Makmur meski Tanpa Minyak, Apa Sebabnya?

Ilustrasi produksi minyak, harga minyak mentah. SHUTTERSTOCK/GOLDEN DAYZ Ilustrasi produksi minyak, harga minyak mentah.

“Dalam skenario ‘gangguan besar,' sebanding dengan embargo minyak Arab pada tahun 1973, pasokan minyak global akan menyusut sebesar 6 juta hingga 8 juta barrel per hari,” kata Bank Dunia.

“Hal ini akan mendorong harga naik sebesar 56 hingga 75 persen menjadi antara 140 dan 157 dollar AS per barrel,” imbuh lembaga tersebut.

Krisis minyak 50 tahun yang lalu membuat harga minyak dunia naik empat kali lipat setelah para menteri energi negara Arab memberlakukan embargo ekspor minyak terhadap AS sebagai pembalasan atas dukungannya terhadap Israel dalam perang Arab-Israel tahun 1973.

Proyeksi ini merupakan salah satu dari tiga skenario risiko Bank Dunia yang memperkirakan berbagai tingkat gangguan terhadap pasokan minyak, berdasarkan peristiwa sejarah masa lalu yang melibatkan konflik regional.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun 1,06 Persen, Investor Cermati Suku Bunga AS

Bank Dunia menyatakan, jika terjadi “gangguan kecil”, pasokan minyak global akan mengalami pengurangan sebesar 500.000 barrel per hari (bph) menjadi 2 juta bph. Penurunan ini sebanding dengan penurunan yang terjadi pada perang di Libya pada tahun 2011.

Ilustrasi harga minyak mentah. SHUTTERSTOCK/GAS-PHOTO Ilustrasi harga minyak mentah.

Skenario “gangguan sedang” akan mengurangi produksi 3 juta hingga 5 juta bph di pasar dan mendorong harga minyak dunia menjadi antara 109 hingga 121 dollar AS per barrel. Angka tersebut kira-kira setara dengan tingkat yang dicapai selama perang Irak pada tahun 2003.

Berdasarkan perkiraan dasar Bank Dunia, harga minyak dunia diperkirakan rata-rata 90 dollar AS per barrel pada kuartal ini sebelum turun ke rata-rata 81 dollar AS per baerel pada tahun 2024 karena melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

"Implikasi konflik terhadap pasar komoditas seharusnya terbatas jika tidak meluas," ungkap Bank Dunia.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok Lebih dari 2 Persen, Ini Pemicunya

“Konflik terbaru di Timur Tengah terjadi setelah guncangan terbesar pada pasar komoditas sejak tahun 1970aan, yakni perang Rusia dengan Ukraina,” jelas Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill.

Perang tersebut menimbulkan dampak yang mengganggu perekonomian global yang masih berlangsung hingga saat ini, imbuh Gill.

Meskipun Israel dan wilayah Palestina bukanlah produsen minyak utama, konflik ini terjadi di wilayah penghasil minyak utama yang lebih luas.

“Jika konflik meningkat, perekonomian global akan menghadapi guncangan energi ganda untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, tidak hanya akibat perang di Ukraina namun juga di Timur Tengah,” tutur Gill.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com