JAKARTA, KOMPAS.com - Mata uang ringgit Malaysia anjlok ke level terendah sejak krisis keuangan Asia 1998.
Faktor utama dari turunnya nilai tukar ringgit adalah karena mata uang tersebut terbebani oleh penguatan dollar AS dan perbedaan suku bunga yang lebar dengan Amerika Serikat.
Pada Oktober 2023, nilai tukar ringgit tercatat pada posisi 4,7635 per dollar AS. Itu merupakan yang terlemah sejak 1998.
Sepanjang tahun ini, ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia setelah yen.
Faktor pelemahan ringgit terbaru terjadi ketika dollar AS menguat karena dorongan permintaan safe haven di tengah kekhawatiran konflik Israel-Hamas.
Di sisi lain, Malaysia juga mencatat penurunan ekspor selama enam bulan berturut-turut pada Agustus 2023. Perlambatan ekonomi China sebagai mitra dagang terbesarnya menjadi faktor utama.
Belum lagi, keputusan Bank Negara Malaysia (BNM) untuk menghentikan kenaikan suku bunga sejak bulan Juli juga menambah hambatan bagi mata uang ringgit karena bank sentral global terdengar hawkish.
Baca juga: Chatib Basri: Depresiasi Rupiah Hanya 2 Persen, Lebih Rendah dari Ringgit Malaysia
Kepala ekonomi dan strategi Mizuho Bank Ltd Singapura Vishnu Varathan menjelaskan, kinerja ringgit yang buruk disebabkan oleh selisih suku bunga riil yang menjadi tidak menguntungkan.
Hal itu terutama karena pembatalan subsidi berdampak pada inflasi dan menunjukkan tingkat suku bunga kebijakan riil yang lebih lemah.