Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Pertumbuhan Ekonomi RI di Atas 5 Persen Berakhir?

Kompas.com - 07/11/2023, 13:14 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen selama 7 kuartal berturut harus berakhir pada kuartal III-2023. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi RI hanya mencapai 4,94 persen pada periode Juli-September tahun ini.

Angka pertumbuhan ekonomi itu didapat dari produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp 5.296 triliun, meningkat dari Rp 5.067 triliun pada kuartal III-2023. Sementara PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.124,9 triliun, meningkat dari Rp 2.978 triliun pada kuartal yang sama tahun lalu.

"Di tengah melambatnya perekonomian global, perubahan iklim, dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan, perekonomian Indonesia tumbuh 4,94 persen (year on year)," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).

Baca juga: BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi RI 2023 Tetap di Kisaran 4,5-5,3 Persen

Berdasarkan data BPS, realisasi pertumbuhan ekonomi yang tidak lagi mencapai 5 persen dipicu oleh belanja pemerintah dan ekspor-impor nasional yang mengalami kontraksi pertumbuhan. Pada saat bersamaan, sumber utama pembentuk PDB, yakni konsumsi rumah tangga, mengalami perlambatan pertumbuhan.

Tercatat kinerja ekspor maupun impor mengalami penurunan, masing-masing sebesar -4,26 persen dan -3,76 persen. Hal ini merupakan imbas dari pelemahan ekonomi global yang memicu penurunan ekspor dan impor komoditas non migas.

Kemudian, konsumsi pemerintah yang memiliki kontribusi 7,16 persen terhadap PDB mencatatkan penurunan sebesar -3,76 persen. Kontraksi ini disebabkan oleh penurunan belanja pegawai, belanja barang, belanja bantuan sosial, serta pergeseran pembayaran gaji ke-13.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap PDB RI masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,06 persen. Namun nilai pertumbuhan itu melambat dari kuartal sebelumnya sebesar 5,22 persen. Selain itu, realisasi konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2023 juga lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu mencapai 5,39 persen.

Meleset dari proyeksi pemerintah

Berbagai kontraksi dan perlambatan itu kemudian menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak lagi mencapai angka 5 persen. Realisasi ini kemudian meleset dari proyeksi pemerintah.

Dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Oktober 2023, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksi, pertumbuhan ekonomi masih mampu mencapai 5,1 persen pada kuartal III-2023. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, prediksi itu meleset.

"Tentu kita melihat dari sisi 4,94 persen (pertumbuhan ekonomi) tadi kalau kita lihat dibandingkan dengan outlook yang selama ini biasanya Pak Febrio (Kepala BKF)," ujar dia, dalam konferensi pers, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (6/11/2023).

Prediksi yang meleset itu salah satunya disebabkan oleh laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih lambat dari proyeksi pemerintah. Sri Mulyani mengatakan, dengan berbagai indikator yang menunjukan optimisme konsumer yang terjaga, pemerintah semula memproyeksi konsumsi rumah tangga dapat tumbuh lebih pesat.

"Jadi kita melihat consumer confidence-nya tinggi, namun translation-nya kepada consumption itu ternyata tidak setinggi yang kita harapkan," kata dia.

"Ini perlu kita lihat pengaruhnya apa, apakah psikologis dengan kondisi El Nino, harga beras naik, dan berbagai faktor," sambung Sri Mulyani.

Selain itu, Sri Mulyani juga mengomentari konsumsi pemerintah yang terkontraksi. Ia menjelaskan, secara historis belanja pemerintah yang lebih besar memang baru akan terjadi pada kuartal terakhir tahun.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com