Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tren Pertumbuhan Ekonomi RI di Atas 5 Persen Berakhir?

Angka pertumbuhan ekonomi itu didapat dari produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp 5.296 triliun, meningkat dari Rp 5.067 triliun pada kuartal III-2023. Sementara PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.124,9 triliun, meningkat dari Rp 2.978 triliun pada kuartal yang sama tahun lalu.

"Di tengah melambatnya perekonomian global, perubahan iklim, dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan, perekonomian Indonesia tumbuh 4,94 persen (year on year)," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).

Berdasarkan data BPS, realisasi pertumbuhan ekonomi yang tidak lagi mencapai 5 persen dipicu oleh belanja pemerintah dan ekspor-impor nasional yang mengalami kontraksi pertumbuhan. Pada saat bersamaan, sumber utama pembentuk PDB, yakni konsumsi rumah tangga, mengalami perlambatan pertumbuhan.

Tercatat kinerja ekspor maupun impor mengalami penurunan, masing-masing sebesar -4,26 persen dan -3,76 persen. Hal ini merupakan imbas dari pelemahan ekonomi global yang memicu penurunan ekspor dan impor komoditas non migas.

Kemudian, konsumsi pemerintah yang memiliki kontribusi 7,16 persen terhadap PDB mencatatkan penurunan sebesar -3,76 persen. Kontraksi ini disebabkan oleh penurunan belanja pegawai, belanja barang, belanja bantuan sosial, serta pergeseran pembayaran gaji ke-13.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap PDB RI masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,06 persen. Namun nilai pertumbuhan itu melambat dari kuartal sebelumnya sebesar 5,22 persen. Selain itu, realisasi konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2023 juga lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu mencapai 5,39 persen.

Meleset dari proyeksi pemerintah

Berbagai kontraksi dan perlambatan itu kemudian menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak lagi mencapai angka 5 persen. Realisasi ini kemudian meleset dari proyeksi pemerintah.

Dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Oktober 2023, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksi, pertumbuhan ekonomi masih mampu mencapai 5,1 persen pada kuartal III-2023. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, prediksi itu meleset.

"Tentu kita melihat dari sisi 4,94 persen (pertumbuhan ekonomi) tadi kalau kita lihat dibandingkan dengan outlook yang selama ini biasanya Pak Febrio (Kepala BKF)," ujar dia, dalam konferensi pers, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (6/11/2023).

Prediksi yang meleset itu salah satunya disebabkan oleh laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih lambat dari proyeksi pemerintah. Sri Mulyani mengatakan, dengan berbagai indikator yang menunjukan optimisme konsumer yang terjaga, pemerintah semula memproyeksi konsumsi rumah tangga dapat tumbuh lebih pesat.

"Jadi kita melihat consumer confidence-nya tinggi, namun translation-nya kepada consumption itu ternyata tidak setinggi yang kita harapkan," kata dia.

"Ini perlu kita lihat pengaruhnya apa, apakah psikologis dengan kondisi El Nino, harga beras naik, dan berbagai faktor," sambung Sri Mulyani.

Selain itu, Sri Mulyani juga mengomentari konsumsi pemerintah yang terkontraksi. Ia menjelaskan, secara historis belanja pemerintah yang lebih besar memang baru akan terjadi pada kuartal terakhir tahun.

"Kalau kita lihat dari alokasi belanja yang ada kita masih ada untuk triwulan terakhir jadi belanja yang ada di dalam APBN masih ada Rp 1.978 triliun," tuturnya.

Di tengah perlambatan dan kontraksi pertumbuhan itu, pemerintah menyoroti kinerja positif pembentukan modal teteap bruto (PMTB) atau investasi. Tercatat sumber pertumbuhan ekonomi meningkat 5,77 persen secara tahunan, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,63 persen secara tahunan.

Pertumbuhan investasi yang lebih pesat itu, dinilai merefleksikan kinerja positif industri manufaktur Tanah Air, yang selama beberapa bulan terakhir terus berada di level ekspansif.

"Ini mengkonfirmasi dengan industri manufaktur dan masuknya capital inflow, jadi ini masih sangat positive story dari Indonesia yang kita akan coba untuk jaga terus," ucap dia.

Masih lebih baik dari China hingga Malaysia

Meskipun tidak lagi mencapai 5 persen, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibanding sejumlah negara tetangga dan negara maju. Ia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dari China, Malaysia, hingga Singapura.

"Kita juga lihat Indonesia salah satu negara yang tumbuh kuat pertumbuhan kita masih lebih tinggi dibandingkan berbagai negara lain, termasuk China, Malaysia, Amerika, bahkan Singapura," tutur dia.

Berdasarkan data dari TradingEconomics, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang masih menjadi yang terbaik di antara negara-negara G20 yang telah merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023. Masih terdapat sejumlah negara yang belum merilis data perkembangan PDB teranyarnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengungguli China dengan pertumbuhan 4,9 persen, Meksiko 3,3 persen, Amerika Serikat (AS) 2,9 persen, Spanyol 1,8 persenn, Korea Selatan 1,4 persen, Prancis 0,7 persen, hingga Singapura 0,7 persen.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi nasional juga mengungguli pertumbuhan ekonomi negara tetangga seperti Malaysia dengan pertumbuhan 3,3 persen. Namun demikian, Indonesia harus kalah dari Vietnam dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,33 persen.

"Tentu ada beberapa (pertumbuhan ekonomi) di atas negara kita, seperti Vietnam," ujar Airlangga.

Kejar target pertumbuhan ekonomi 5 persen

Walaupun masih lebih baik, perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksi berlanjut apabila pemerintah tidak melakukan intervensi. Tanpa bantuan pemerintah, PDB RI berpotensi tumbuh di bawah 5 persen sepanjang 2023.

Sri Mulyani bilang, tren perlambatan laju pertumbuhan tersebut berpotensi berlanjut pada kuartal terakhir tahun ini. Tanpa bantuan pemerintah, PDB RI diproyeksi tumbuh 4,81 persen secara tahunan.

Dengan proyeksi tersebut, maka secara keseluruhan tahun PDB RI berpotensi hanya tumbuh 4,99 persen secara tahunan. Angka itu lebih rendah dari target pemerintah yakni di atas 5 persen.

"Mungkin dengan kuartal III sekarang (pertumbuhan ekonomi) di 4,94 persen dan kalau kuartal IV nanti tidak diberikan dukungan, pertumbuhan ekonomi bisa saja turun ke 4,99 persen," ujar dia.

Oleh karenanya, untuk merespons hal tersebut dan mengejar target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, pemerintah bakal mengandalkan paket kebijakan insentif ekonomi. Paket ini berisikan dua stimulus utama, yaknii insentif pajak pertambahan nilai (PPN) sektor perumahan ditanggung pemerintah (DTP) serta penebalan bantuan sosial melalui bantuan langsung tunai (BLT) dan penyaluran bantuan beras.

Lewat paket kebijakan tersebut, pemerintah menargetkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 persen pada kuartal IV-2023. Dengan demikian, paket kebijakan diharap dapat mengerek pertumbuhan ekonomi pada periode Oktober-Desember 2023 menjadi 5,01 persen secara tahunan.

"Sehingga untuk full year 2023 kita berharap perekonomian kita tetap akan terjaga di 5,04 persen," katanya.

Melalui paket kebijakan itu, pemerintah berupaya menjaga daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian ekonomi global, sehingga sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari konsumsi rumah tangga tetap terjaga. Sri Mulyani menekankan, stimulus yang berkaitan langsung dengan masyarakat golongan 40 persen ke bawah menjadi sangat penting.

"Mengenai ekonomi kita di kuartal III yang di 4,94 persen ini menandakan kita perlu merespons dengan kebijakan agar sampai dengan akhir tahun atau kuartal IV bisa kembali pada 5 persen," ucap dia.

https://money.kompas.com/read/2023/11/07/131400826/tren-pertumbuhan-ekonomi-ri-di-atas-5-persen-berakhir-

Terkini Lainnya

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke