Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebutuhan Gas Industri Naik, Pendapatan SBMA Terkerek 11 Persen per Kuartal III-2023

Kompas.com - 13/11/2023, 12:39 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Emiten kimia gas asal Kalimantan, PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) membukukan pendapatan usaha Rp 82,06 miliar pada kuartal III-2023, pencapaian ini melonjak 11 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 73,42 miliar.

Direktur Utama Surya Biru Murni Acetylene Rini Dwiyanti mengatakan, pertumbuhan pendapatan usaha ditopang oleh meningkatnya kebutuhan Gas, Acetylene dan Karbondioksida. Rini mengatakan, melalui commercial startup air separation plant, saat ini produksi liquid perusahaan mencapai kapasitas 50 ton sehari. Sehingga diharapkan mampu mencukupi permintaan pasar.

“Langkah bisnis yang sudah ditempuh oleh SBMA mulai dirasakan dengan peningkatan produksi produksi dan penjualan sejak di Bulan Juli dan sudah tampak pada Kuartal III-2023. Kami juga saat ini sedang memasuki are shipyard dan petrokimia untuk kebutuhan liquid yang meningkat, dan berhasil mengambil 5 persen pasar liquid yang ada di Kalimantan timur," ujar Rini dalam siaran pers, Senin (13/11/2023).

Baca juga: PGN Belum Lakukan Penyesuaian Harga Gas Industri Non-HGBT, Ini Alasannya

Adapun penjualan Acetylene tumbuh menjadi Rp 24,80 miliar pada kuartal III-2023, dibandingkan dengan tahun lalu Rp 21 miliar. Sementara itu, penjualan Argon juga naik menjadi Rp 16,28 miliar dari Rp 15,03 miliar. Di sisi lain, penjualan Oxygen hasil produksi SBMA meningkat menjadi Rp 15,59 miliar dari Rp 11,95 miliar periode sama tahun lalu.

Selanjutnya, untuk penjualan lainnya seperti karbondioksida juga naik jadi Rp 6,09 miliar dari Rp 3,12 miliar pada kuartal III-2022, dan perusahaan juga mencatat penjualan nitrogen senilai Rp 3,69 miliar atau tumbuh dari periode kuartal III-2022 Rp 2,4 miliar.

Adapun klien yang bekerja sama dengan SBMA, diantaranya PT Pama Persada Nusantara, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), PT Petrosea Tbk, PT KTC Coal mining & Energy, PT Darma Henwa Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Hexindo Adiperkasa Tbk, PT Pertamina (Persero), hingga PT Sucofindo.

Baca juga: Kemenperin: Semua Sektor Industri Keberatan terhadap Kenaikan Harga Gas Industri


Rini mengungkapkan, untuk menjaga stabilitas produksi dan kelangsungan usaha yang baik dalam kurun waktu hingga 30 September 2023, pihaknya juga mengeluarkan biaya perbaikan dan perawatan senilai Rp 83,14 juta, penambahan sewa ISO tank Rp 672,40 juta, dan peremajaan pada spare part mesin produksi dan biaya instalasi senilai Rp 469,55 juta.

“Nilai tersebut kami keluarkan sebagai upaya untuk memperkokoh posisi perusahaan di industri ini dan mempersiapkan segala keperluan untuk produksi yang lebih banyak lagi di waktu yang akan datang,” jelas dia.

Adapun posisi ekuitas perusahaan tercatat Rp 215,16 miliar per September 2023, atau meningkat dibandingkan dengan dari akhir tahun lalu senilai Rp 211,07 miliar. Sementara utang atau liabilitas tercatat Rp 59,81 miliar, naik tipis dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 58,53 miliar. Per September 2023, total aset yang dimiliki SBMA sebesar Rp 274,98 miliar, meningkat dari periode Desember 2022 Rp 269,6 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Jadi 'Menkeu' Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Jadi "Menkeu" Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Spend Smart
Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Whats New
Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Whats New
Bank Mandiri Genjot Transaksi 'Cross Border' Lewat Aplikasi Livin’

Bank Mandiri Genjot Transaksi "Cross Border" Lewat Aplikasi Livin’

Whats New
Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Whats New
Berikut Daftar Tiga Pabrik di Indonesia yang Tutup hingga April 2024

Berikut Daftar Tiga Pabrik di Indonesia yang Tutup hingga April 2024

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Kami Bingung...

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Kami Bingung...

Whats New
Ada Gangguan Persinyalan, Perjalanan KRL Lintas Bogor Terlambat 10-33 Menit Pagi Ini

Ada Gangguan Persinyalan, Perjalanan KRL Lintas Bogor Terlambat 10-33 Menit Pagi Ini

Whats New
Pertagas: Budaya Keselamatan Kerja Bukan soal Mematuhi Aturan, tapi Rasa Bertanggung Jawab

Pertagas: Budaya Keselamatan Kerja Bukan soal Mematuhi Aturan, tapi Rasa Bertanggung Jawab

Whats New
Investasi Reksadana adalah Apa? Ini Pengertian dan Jenisnya

Investasi Reksadana adalah Apa? Ini Pengertian dan Jenisnya

Work Smart
Harga Emas Terbaru 7 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 7 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pengusaha Sepatu Sulit Dapat Bahan Baku Berkualitas gara-gara Banyak Aturan Impor

Pengusaha Sepatu Sulit Dapat Bahan Baku Berkualitas gara-gara Banyak Aturan Impor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com