JAKARTA, KOMPAS.com - Inflasi dan suku bunga yang tinggi mempersulit orang-orang dari segala kelompok usia untuk menabung dana darurat, namun Gen Z tampaknya mengalami kesulitan untuk memiliki dana darurat.
Dikutip dari CNBC, Senin (20/11/2023), berdasarkan survei Bank of America baru-baru ini, sebanyak 56 persen Gen Z mengatakan tidak memiliki cukup tabungan untuk menutupi pengeluaran selama tiga bulan jika terjadi keadaan darurat.
Gen Z juga merupakan generasi yang paling mungkin menyesal karena tidak menabung cukup untuk keadaan darurat, menurut Bankrate.
Baca juga: Dana Darurat dan Eksistensi Pinjol
Mengingat dana darurat perlu bertambah seiring bertambahnya usia dan kekayaan, kurangnya tabungan Gen Z tidak mengejutkan Douglas Boneparth, perencana keuangan bersertifikat dan presiden direktur Bone Fide Wealth.
Namun, hal ini tidak berarti bahwa generasi muda harus menunda-nunda dalam menabung dana darurat.
“Ketika kita masih muda, kita umumnya berpikir bahwa kita tidak terkalahkan. Tetapi selalu ada hal-hal yang muncul, apakah itu setengah pengangguran, kesenjangan pekerjaan, biaya pengobatan darurat," jelas Boneparth.
Menabung mungkin bukan hal yang utama dalam benak generasi muda, namun dana darurat tidak hanya memberikan landasan keuangan yang stabil, tetapi juga memungkinkan Anda menerima peluang tak terduga tanpa harus berutang.
Baca juga: Membangun Dana Darurat dengan Tabungan, Begini Caranya
Berikut penjelasan mengenai dana darurat dan alasan mengapa gen Z harus memiliki dana darurat.
Meskipun banyak pakar keuangan menyarankan agar dana darurat mencakup tiga hingga enam bulan biaya hidup, Boneparth lebih memilih untuk bersikap lebih konservatif.