BANK Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, BI-7 day reserve repo di angka 6 persen pada November 2023.
Setelah sempat membuat kejutan dengan menaikkan suku bunga acuannya pada Oktober lalu, BI akhirnya memutuskan mempertahankan tingkat suku bunganya.
Namun bukan berarti BI mengakhiri stance kebijakannya yang bersifat hawkish tahun depan. Keputusan BI ini telah diantisipasi oleh sebagian besar ekonom, di mana pada bulan ini sikap kehati-hatian BI akan kembali ditunjukkan ke publik dalam menghadapi situasi nasional dan global saat ini.
Per kondisi ini tidak lepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi putusan BI. Faktor pertama dikaitkan adanya fenomena El Nino yang menyeruak kembali sejak pertengahan tahun ini.
Akibatnya produksi beras menjadi terganggu dan menyebabkan tekanan inflasi, namun tidak terlalu kuat seperti pada Oktober lalu.
Inflasi tercatat berada pada nilai 2,56 persen, masih dalam kisaran target BI. Hal ini menunjukkan bahwa laju inflasi tetap terkendali dan berada pada kisaran sasaran 2-4 persen.
Pada aras lain, kondisi neraca perdagangan Indonesia mencatatkan peningkatan surplus menjadi 3,48 miliar dollar AS pada Oktober tahun ini, didukung penurunan ekspor dan impor yang tidak terlalu parah dibandingkan bulan sebelumnya.
Ini artinya risiko neraca berjalan menjadi defisit pada tahun ini tidak akan mengancam atau memberikan risiko besar terhadap stabilitas rupiah.
Sementara itu dari sektor eksternal, The Federal Reserve masih mempertahankan tingkat suku bunganya pada November ini.
Lalu tak kalah penting, The Fed kemungkinan akan mempertahankan tingkat suku bunga kebijakannya pada Desember 2023.
Sehingga diprediksi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih akan menguat seperti beberapa waktu lalu.
Meskipun tekanan terhadap rupiah akibat ketidakpastian pasar global masih ada, namun diprediksi pasar keuangan global cenderung stabil dan meningkatkan sentimen penarikan dana atau risk on di kalangan investor.
Sebab, The Fed kini dinilai kurang hawkish oleh pasar, sehingga memicu arus masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, rupiah berpotensi menguat terhadap dollar AS pada bulan ini, ditutup pada Rp 15.445 per dollar AS pada Senin kemarin, yang akan mengurangi risiko inflasi impor.
Merangkum berbagai kondisi internal dan eksternal yang ada saat ini dan masa depan, masih diperkirakan ada ketidakpastian, karena The Fed belum benar-benar memberikan sinyal ruang penurunan suku bunga.
Dengan demikian, menahan stance kebijakan suku bunga untuk sementara waktu adalah pilihan yang paling aman bagi BI.
Sedikit banyak penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dan ditambah level inflasi yang masih terjaga pada kisaran target, memberi ruang bagi bank sentral untuk bernapas sementara dan menahan level suku bunga acuan 6 persen pada November ini.
Meskipun demikian, BI perlu untuk tetap bersikap hawkish dengan menaikkan suku bunga acuannya pada beberapa bulan ke depan.
Sebab, selama ini suku bunga acuan BI biasanya digunakan sebagai alat untuk merespons suatu keadaan, bukan untuk mencegah per kondisi yang akan terjadi.
Ketika, misalnya, nilai tukar rupiah sudah melemah atau inflasi sudah naik di atas target, barulah BI menaikkan suku bunganya, katakanlah seperti yang terjadi pada bulan lalu.
Bilamana skenario tersebut tidak dijalankan, maka BI harus bersiap untuk bekerja ekstra menghadapi perubahan iklim ekonomi yang sangat terdampak nantinya.
Menanggapi berbagai ketidakpastian pada beberapa bulan ke depan, terutama nilai tukar rupiah mungkin masih berada di bawah tekanan akibat krisis, serta basis suku bunga yang relatif rendah dan masih adanya kemungkinan defisit neraca pembayaran, maka diperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan dalam tenggat sampai dengan semester I 2024.
Dengan kata lain, investor harus bersiap menghadapi pengetatan dari BI jika rupiah melemah, misalkan, sebesar lebih dari 2 persen saja secara bulanan dan/atau kemungkinan adanya defisit neraca pembayaran Indonesia yang terus-menerus dapat berlanjut pada 2024, dan berpengaruh terhadap pasokan valuta asing.
Maka alih-alih kondisi tersebut, BI harus tetap bersiap-siap membuka opsi kenaikan suku bunga lebih lanjut di beberapa bulan ke depan.
Sembari memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi mulai membaik, sambil menjaga stabilitas harga, serta tetap membuat wacana kebijakan bilamana kemungkinan kondisi tersebut benar-benar terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.