Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerimaan Cukai Berpotensi Tak Capai Target, Mengapa?

Kompas.com - 28/11/2023, 20:15 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi penerimaan cukai hingga Oktober 2023 baru mencapai Rp 169,77 triliun.

Realisasi ini baru mencapai 69,17 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar Rp 245,45 triliun. Pos penerimaan ini juga turun 4,14 persen secara tahunan yang disumbang oleh penurunan pada hasil tembakau (HT) dan Etil Alkohol (EA).

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memperkirakan, penerimaan cukai pada tahun ini tidak akan mencapai target.

Baca juga: Jokowi Terbitkan Aturan Baru, Penyidikan Pidana Cukai Bisa Disetop asalkan...

Ilustrasi bea dan cukai.SHUTTERSTOCK/PANCHENKO VLADIMIR Ilustrasi bea dan cukai.

Hal ini dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang masih lemah, serta maraknya fenomena downtrading dan peredaran rokok ilegal.

"Berat lah, berat (mencapai target), daya beli masyarakat lagi lemah," ujar Tauhid kepada Kontan.co.id, Selasa (28/11/2023).

Tauhid bilang, peningkatan tarif cukai tembakau akan berdampak kepada peningkatan harga produk tembakau, khususnya rokok. Oleh karena itu, peningkatan harga ini juga diikuti oleh peralihan konsumsi dari rokok golongan yang mahal ke rokok golongan di bawahnya yang lebih murah.

Peralihan konsumsi tersebut berimbas pada penurunan jumlah produksi rokok golongan I, utamanya sigaret kretek mesin (SKM) maupun sigaret putih mesin (SPM) yang cukainya lebih tinggi.

Baca juga: Setoran Bea dan Cukai Turun 13,6 Persen, Ini Penyebabnya

"Hipotesa saya adalah orang yang merokok itu enggak akan berkurang, yang terjadi adalah mereka pindah golongan, dari golongan III pindah ke rokok ilegal atau rokok tanpa cukai. Sementara golongan I dan II bisa saja pindah ke rokok elektrik," jelasnya.

Meski cukai berperan sebagai suatu alat untuk mengendalikan konsumsi terhadap suatu barang yang memiliki efek negatif, namun menurut Tauhid, bukan berarti penerimaan negara juga ikut turun.

"Penerimaan negara kan harus jalan, paling bagus penerimaan naik, jumlah dari batang rokok yang dikonsumsi turun. Ini kan jumlahnya turun, penerimaannya juga ikut turun. Berarti enggak sesuai dengan perkiraan," terang Tauhid.

Ilustrasi rokok. FREEPIK/FREEPIK Ilustrasi rokok.

Untuk itu, Tauhid menyarankan pemerintah untuk menunda terlebih dahulu kenaikan tarif cukai rokok pada 2024 lantaran bisa berdampak kepada daya beli masyarakat dan juga penerimaan. Tak hanya itu, pemerintah juga perlu segera menerapkan ekstensifikasi cukai plastik dan minuman berpemanis dalam kemasan (MBKD) pada tahun depan.

Baca juga: Industri Hasil Tembakau Dinilai Tertekan, Pengusaha Minta Pemerintah Tunda Kenaikan Cukai Tahun 2024

"Harus ada upaya lain. Misalnya saja penundaan kenaikan cukai tahun depan sampai kondisi ekonomi baik. Ekstensifikasi harus dijalankan, harus konsisten," imbuhnya.

Senada, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatan, penerimaan cukai pada tahun ini tidak akan mencapai target yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan tingginya tarif cukai yang berakibat pada potensi penurunan produksi atau konsumsi.

"Sepertinya sih sulit mencapai 100 persen (target) ya," kata Huda.

Kendati begitu, kata Huda, turunnya penerimaan cukai pada tahun ini memberikan sinyal positif bahwa fungsi cukai sudah tepat untuk mengendalikan konsumsi.

Baca juga: Setoran ke Negara Berkurang, Pengusaha Minta Pemerintah Tinjau Rencana Kenaikan Cukai Rokok

"Jika memang tujuan utama dari penerimaan cukai rokok dan alkohol adalah pengendalian. Jadi kalau itu gak tercapai, menurut saya itu satu sinyal yang cukup positif," jelasnya.

Berbeda, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah meyakini bahwa target penerimaan cukai pada tahun ini masih bisa tercapai dalam sisa dua bulan terakhir ini, terutama ditopang oleh penerimaan cukai rokok atau CHT.

"Kalau dilihat dari mekanismenya di mana pembelian cukai bisa dilakukan di muka oleh industri rokok, saya kira akan ada kenaikan penerimaan cukai pada dua bulan terakhir nanti," kata Piter.

Sebagai informasi, penerimaan CHT mengalami kontraksi 4,35 persen secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 163,24 triliun atau 70,19 persen dari target. Sementara itu, penerimaan cukai EA juga turun 3,71 persen menjadi Rp 100,5 miliar atau 73,35 persen dari target.

Baca juga: Soal Pemisahan Ditjen Pajak dan Bea Cukai dari Kemenkeu, Anies: Harus Ada Transisi...

Namun, realisasi penerimaan cukai MMEA naik 0,66 persen (YoY) menjadi Rp 6,32 triliun, atau mencapai 72,91 persen dari target. Kenaikan ini didorong membaiknya industri pariwisata serta produksi dalam negeri yang kembali tumbuh 0,4 persen. (Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi)

 

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Realisasi Masih Rendah, Penerimaan Cukai Berpotensi Tak Capai Target

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com