Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Dunia Capai Level Tertinggi dalam 6 Bulan Terakhir

Kompas.com - 29/11/2023, 09:25 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas dunia naik mencapai level tertinggi dalam lebih dari enam bulan pada akhir perdagangan Selasa (28/11/2023) waktu setempat atau Rabu (29/11/2023) pagi WIB.

Penguatan harga emas dunia didorong pelemahan dollar AS dan ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) telah selesai melakukan tren kenaikan suku bunga.

Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot naik 1,35 persen menjadi sebesar 2.040,87 dollar AS per ons. Sementara harga emas berjangka Comex New York Exchange naik 1,47 persen menjadi ke level 2.042 dollar AS per ons.

Baca juga: Lakuemas Mudahkan Investasi Emas lewat Website dan Aplikasi

"Emas masih akan bullish dalam prospek jangka pendek, dengan indeks dollar AS dalam tren turun di tengah harapan The Fed tidak akan lagi menaikkan suku bunga, dan bahkan mungkin akan menurunkan suku bunga pada musim semi," ujar Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.

Kendati begitu menurut Wyckoff, jika angka pertumbuhan ekonomi dan indikator inflasi AS lebih kuat dari perkiraan, maka akan mengurangi antusiasme pelaku pasar terhadap emas batangan.

Kini pasar pun tengah menanti data ekonomi terbaru AS yang akan dirilis pada pekan ini, di mana data tersebut akan memberikan gambaran terkait kebijakan suku bunga The Fed ke depannya.

Baca juga: GajiGesa Luncurkan Fitur Baru, Bisa Investasi Emas Sebelum Gajian

Adapun saat ini pelaku pasar berharap The Fed melakukan jeda tren suku bunga tinggi dengan mempertahankan suku bunganya pada Desember mendatang.

Pelaku pasar juga memperkirakan peluang 50-50 untuk kemungkinan The Fed mulai melakukan kebijakan penurunan suku bunga mulai Mei 2024 mendatang, menurut alat CME FedWatch.

Seperti diketahui, kebijakan suku bunga The Fed sangat mempengaruhi pergerakan harga emas.

Baca juga: Begini Cara Memulai Investasi Emas dengan Modal Rp 100.000

Ketika suku bunga naik, maka emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi tak menarik bagi investor, berbeda dari obligasi dan saham yang memang memberikan imbal hasil.

Sebaliknya, ketika suku bunga melemah maka imbal hasil pada instrumen investasi lainnya ikut menurun, sehingga emas akan menjadi lebih menarik.

Di sisi lain, yang turut mempengaruhi harga emas yakni pergerakan dollar AS.

Indeks dollar AS turun ke level 102,89 yang merupakan level terendah sejak 31 Agustus 2023, dan menuju kerugian bulanan lebih dari 3 persen yang sekaligus kinerja bulanan terburuk sejak November 2022.

Baca juga: 5 Tips Memulai Investasi Emas

Pelemahan dollar AS itu pun membuat emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mendorong minat investor terhadap logam mulia tersebut.

"Rasa kehati-hatian menjelang minggu sibuk lainnya di pasar keuangan global juga memberikan dukungan kepada logam mulia. Mengingat level 2.000 dollar AS terbukti merupakan resistensi yang sangat sulit untuk ditaklukkan, emas bisa turun tanpa katalis fundamental yang kuat," ujar Analis Riset Senior FXTM, Lukman Otunuga.

Baca juga: 5 Tips Memulai Investasi Emas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Fokus Starlink, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya di Indonesia

Fokus Starlink, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya di Indonesia

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com