Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Politik dan Moneter Global Akan Pengaruhi Ekonomi Indonesia 2024

Kompas.com - 30/11/2023, 19:23 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi politik dan moneter global akan menjadi dua tema utama yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2024 mendatang.

Periode Pemilihan Umum (Pemilu) akan memiliki dampak pada pertumbuhan dan berbagai indikator makroekonomi lainnya terutama di awal tahun. Di sisi lain, dunia masih terus dibayangi berbagai risiko dan ketidakpastian.

Mulai dari risiko pertumbuhan ekonomi China yang melemah, konflik geopolitik Ukraina-Rusia, konflik Israel dan Hamas, perubahan iklim, hingga naiknya harga komoditas secara global.

Baca juga: BI Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tahun Depan Bisa 5,5 Persen

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. SHUTTERSTOCK/TENDO Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.

"Investasi selalu mengalami perlambatan setiap tahun politik, sementara tahun 2024 investasi diperkirakan akan tumbuh positif namun melandai di angka 3 persen. Hal ini dipengaruhi, salah satunya karena investor yang masih wait and see," kata Direktur dan Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adinegara pada acara Grant Thornton Economic Outlook 2024 bertemakan “Potensi Tahun Politik dan Tantangan Ekonomi Global," Kamis (29/11/2023).

Namun demikian, imbuh Bhima, ada juga investor yang tetap berinvestasi walau pemilu masih berlangsung khususnya untuk sektor makanan dan minuman, serta sektor otomotif karena peluang konsumsi domestik yang besar.

"Namun tantangan yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah bagaimana cara menjaga konsumsi rumah tangga dalam mendukung stabilitas ekonomi. Diperkirakan efek Pemilu sendiri hanya mempengaruhi 0,3 sampai 0,4 persen dari PDB," tutur dia.

Bhima menjelaskan, secara umum, kinerja ekspor dan investasi Indonesia akan dipengaruhi oleh permintaan China, hingga situasi politik Amerika yang akan melakukan pemilu tahun depan.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen: Optimisme atau Keharusan?

"Kecenderungan yang sering terjadi sebelum pemilu di AS berlangsung adalah banyak dana asing di berbagai negara berkembang yang ditarik untuk diinvestasikan kembali ke pasar saham AS, termasuk Indonesia," ujar dia.

Maka dari itu, imbuh Bhima, perlu dukungan dari pemerintah untuk terus menguatkan perekonomian domestik yang banyak ditumpu oleh para pelaku usaha domestik termasuk UMKM dan juga para investor domestik.

Ilustrasi saham, indeks saham, bursa saham. SHUTTERSTOCK/FEYLITE Ilustrasi saham, indeks saham, bursa saham.

"Bentuk dukungan pemerintah bisa melalui melanjutkan PPH final 0,5 persen untuk UMKM, menunda kenaikan tarif PPN 12 persen, serta adanya upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dari sisi pasokan, dan juga menjaga harga energi agar tetap stabil," ungkap Bhima.

Grant Thornton menyebutkan bahwa tahun politik tidak terlalu mempengaruhi keputusan para pelaku usaha untuk mendaftarkan sahamnya di bursa saham.

Baca juga: Peran Bank Digital Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Tagor Sidik Sigiro, Assurance Partner Grant Thornton Indonesia mengatakan, selama ini dengan klien-klien di Grant Thornton, masih ada persiapan untuk melakukan IPO dari mulai akhir semester I 2023 hingga memasuki awal tahun 2024.

"Dalam masa pendaftaran enam bulan untuk penerbitan proses IPO, para klien kami berpendapat bahwa hasil pemilu tidak terlalu mempengaruhi keputusan mereka untuk go public, karena mereka yakin bahwa saham domestik tetap akan diserap oleh investor domestik," terang Tagor.

Sementara itu, dari sisi ekonomi global, Grant Thornton melihat bahwa Indonesia berada di posisi strategis, dimana mereka berada diantara powerhouse ekonomi seperti Tiongkok, India, dan Australia.

Saat ini, kawasan Asia Pasifik ini bahkan menjadi pasar menarik bagi perekonomian global karena dapat mendalami dua peran sekaligus yaitu menjadi produsen maupun konsumen. Hal itu juga semakin diperkuat dengan tumbuhnya bisnis-bisnis baru di negara-negara emerging market seperti Indonesia, di kawasan Asia Pasifik.

Baca juga: Milenial dan Gen Z Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Adapun Bhima memprediksi perekonomian Indonesia akan tumbuh di angka 5 prrsen di tahun 2024 untuk best scenario, dan 4,7 sampai 4,9 persen dengan skenario moderat. Faktor yang tidak bisa diprediksi seperti ekspor dan investasi masih akan menjadi tantangan di tahun 2024.

"Namun, kami melihat bahwa masih ada harapan bagi perekonomian Indonesia dari sisi faktor konsumsi rumah tangga domestik ditopang adanya bonus demografi," papar Bhima.

Dia memandang, tugas pemerintah saat ini adalah bagaimana caranya agar masyarakat yang masuk kategori menengah ke atas untuk mulai banyak belanja di dalam negeri daripada ke luar negeri.

Untuk para pelaku usaha, Bhima menyarankan untuk mulai fokus dengan hal yang berhubungan dengan isu keberlanjutan.

Baca juga: Minat Wisata Meningkat, Sektor Pariwisata Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Digital di Indonesia

Dengan skor ESG (Environment, Social and Governance) yang bagus, perusahaan akan lebih mudah mendapatkan pendanaan yang lebih besar, bunga lebih rendah sehingga berpengaruh terhadap brand awareness yang lebih tinggi, dan loyalitas karyawan maupun konsumen bisa terjaga.

"Kunci-kunci tersebut harus dijaga menuju momentum 2024," terang dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com