Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mela Yunita
Peneliti

Direktur Eksekutif Pusat Riset Sosial dan Ekonomi Indonesia (Presisi). Doktor Ilmu EKonomi Pertanian IPB (2022); Master Ilmu EKonomi IPB (2017) dan Sarjana Ekonomi FEB Unej (2015). Peneliti dan pengamat ekonomi dan sosial.

Resiliensi Ekonomi Nasional di Tengah Ketidakpastian Global

Kompas.com - 07/12/2023, 12:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM gelaran Desiminasi laporan Nusantara 2023 yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI) pada 1 Desember 2023, salah satunya menyoroti bagaimana resiliensi ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yag masih cukup tinggi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi perekonomian dunia saat ini mengalami pelambatan dengan ketidakpastian yang masih tinggi.

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3 persen pada 2023 dan diperkirakan turun menjadi 2,9 persen pada 2024.

Pasalnya, risiko ekonomi dan geopolitik masih akan berlanjut pada 2024 dan akan lebih buruk dibandingkan 2023, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Lebih jauh, tekanan terhadap inflasi global tetap tinggi, sehingga ketidakpastian pasar keuangan global masih tetap berlanjut.

Inflasi di negara maju masih di atas target dengan tekanan yang mulai mereda di tengah aliran modal ke negara berkembang yang masih terbatas dan tekanan nilai tukar negara berkembang masih berlanjut.

Namun di tengah isu perlambatan ekonomi global, Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Tercatat pada Q2-2023, pertumbuhan Indonesia mencapai 5,17 persen (YoY).

Sumber pertumbuhan terutama berasal dari kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi di tengah turunnya konsumsi Pemerintah dan kinerja ekspor.

Pertumbuhan juga didukung oleh kinerja positif sebagian besar Lapangan Usaha, terutama Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Konstruksi.

Selain itu, seluruh daerah masih tumbuh kuat, di mana pertumbuhan tertinggi ada di Sulawesi-Maluku-Papua.

Tidak hanya pertumbuhan, inflasi nasional tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3,0 persen ±1 persen.

Dalam kondisi ini, Bank Indonesia perlu terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3,0 persen ± 1 persen pada 2023 dan 2,5 persen ± 1 persen pada 2024.

Ke depan, Bank Indonesia diharapkan tidak terlena dan masih terus mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu terkendalinya inflasi, termasuk dampak tingginya harga energi global, harga pangan domestik, dan tekanan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap imported inflation.

Maka peran dari TPIP dan TPID dan GNPIP masih sangat dibutuhkan dalam upaya mendorong terkendalinya inflasi dan mendukung penguatan ketahanan pangan nasional.

Menakar upaya memperkuat resiliensi ekonomi Indonesia kedepan, struktur ekonomi daerah juga perlu diperkuat. Salah satunya dengan mendukung hilirisasi di segala sektor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com