Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Resiliensi Ekonomi Nasional di Tengah Ketidakpastian Global

Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi perekonomian dunia saat ini mengalami pelambatan dengan ketidakpastian yang masih tinggi.

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3 persen pada 2023 dan diperkirakan turun menjadi 2,9 persen pada 2024.

Pasalnya, risiko ekonomi dan geopolitik masih akan berlanjut pada 2024 dan akan lebih buruk dibandingkan 2023, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Lebih jauh, tekanan terhadap inflasi global tetap tinggi, sehingga ketidakpastian pasar keuangan global masih tetap berlanjut.

Inflasi di negara maju masih di atas target dengan tekanan yang mulai mereda di tengah aliran modal ke negara berkembang yang masih terbatas dan tekanan nilai tukar negara berkembang masih berlanjut.

Namun di tengah isu perlambatan ekonomi global, Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Tercatat pada Q2-2023, pertumbuhan Indonesia mencapai 5,17 persen (YoY).

Sumber pertumbuhan terutama berasal dari kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi di tengah turunnya konsumsi Pemerintah dan kinerja ekspor.

Pertumbuhan juga didukung oleh kinerja positif sebagian besar Lapangan Usaha, terutama Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Konstruksi.

Selain itu, seluruh daerah masih tumbuh kuat, di mana pertumbuhan tertinggi ada di Sulawesi-Maluku-Papua.

Tidak hanya pertumbuhan, inflasi nasional tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3,0 persen ±1 persen.

Dalam kondisi ini, Bank Indonesia perlu terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3,0 persen ± 1 persen pada 2023 dan 2,5 persen ± 1 persen pada 2024.

Ke depan, Bank Indonesia diharapkan tidak terlena dan masih terus mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu terkendalinya inflasi, termasuk dampak tingginya harga energi global, harga pangan domestik, dan tekanan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap imported inflation.

Maka peran dari TPIP dan TPID dan GNPIP masih sangat dibutuhkan dalam upaya mendorong terkendalinya inflasi dan mendukung penguatan ketahanan pangan nasional.

Menakar upaya memperkuat resiliensi ekonomi Indonesia kedepan, struktur ekonomi daerah juga perlu diperkuat. Salah satunya dengan mendukung hilirisasi di segala sektor.

Pada hilirisasi pertambangan dan mineral, peluang terutama dari sisi peningkatan investasi, peningkatan daya saing, serta tren transisi hijau, di tengah berbagai tantangan terkait ketahanan cadangan, kebutuhan pembiayaan, dan upaya peningkatan nilai tambah rantai nilai hilirisasi.

Lebih jauh, selain pada sektor pertambangan dan industri, perlu juga upaya untuk memperkuat ketahanan pangan melalui perluasan hilirisasi ke kelompok pangan untuk mendukung stabilitas inflasi melalui penguatan ketahanan pangan serta peningkatan nilai tambah, dan mendorong ekonomi semakin inklusif.

Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa komponen utama pembentuk volatilitas inflasi berasal dari volatilitas harga pangan yang sangat tinggi. Komoditas pangan menyumbang 0,27 persen inflasi nasional (BPS, 2022).

Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional di Indonesia ke depan, maka BI perlu mensinergikan bauran kebijakannya secara konsisten.

Terutama pada lima arah sinergi respons kebijakan perlu ditempuh ke depan untuk memperkuat ketahanan dan kebangkitan perekonomian nasional.

Tidak kalah penting, perlu adanya sinergi kebijakan fiskal dan moneter, mensinergikan kebijakan stabilitas sistem keuangan, mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan, memperluas hilirisasi minerba, pertanian, perkebunan dan juga perikanan, dan terakhir meningkatkan kebijakan perdagangan, investasi, dan infrastruktur.

https://money.kompas.com/read/2023/12/07/123745826/resiliensi-ekonomi-nasional-di-tengah-ketidakpastian-global

Terkini Lainnya

Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Whats New
Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Whats New
Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan 'Pertek' Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan "Pertek" Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Whats New
[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

Whats New
Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: 'Confirm' Disebabkan Internal 'Engine'

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: "Confirm" Disebabkan Internal "Engine"

Whats New
Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke