Importasi beras yang terus meningkat dan dilakukan setiap tahun, membuktikan pemerintah gagal menyediakan pangan pokok utamanya beras untuk pemenuhan kebutuhan domestik.
Argumentasinya, impor beras terus berulang dan jumlahnya terus terbatas. Jadi impor beras bukan karena keterpaksaan, melainkan karena keserakahan.
Bagaimana untuk mengatasi persoalan pelik yang dimensinya sangat komplek dan dinamis ini? Serahkanlah semua pemulihan sistem produksi padi nasional dilakukan petani milenial dan gen Z.
Pemerintah cukup memfasilitasi dengan membangun sistem pertanian modern dan fasilitasi pembiayaan yang murah.
Jika itu bisa dilakukan, maka petani muda yang bekerja di lapangan semakin terinspirasi karena profesi petani sangat menjanjikan, selain tidak harus terkena panas matahari langsung maupun lumpur.
Teknologi disrupsi untuk tanam, pemupukan, pengendalian OPT dengan menggunakan drone yang menerapkan precision farming merupakan solusi fundamentalnya.
Tanpa intervensi konkret generasi muda di lapangan, maka sistem produksi padi nasional dipastikan berada dalam ambang kehancuran.
Pilihan ini harus diperkenalkan dan diinternalisasi ke calon Presiden dan Wakil Presiden dan DPR sebagai mitra kerjanya, agar fasilitasi pengembangan sistem produksi padi nasional dapat dimaksimalkan.
Jika pemerintah menutup mata dan tidak mengambil langkah nyata, maka alih fungsi yang sudah sangat dahsyat, dipercepat dengan laju pembangunan jalan tol serta keuntungan usaha tani yang terus tergerus, maka malapetaka pangan sudah berada di depan mata.
Generasi muda yang tidak berdosa harus menanggung dampaknya, jika kedaulatan pangan utamanya beras dikendalikan oleh importir beras, sebagaimana yang terjadi pada kedelai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.