Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumarjo Gatot Irianto
Analis Kebijakan Utama Kementan

Analis Kebijakan Utama Kementerian Pertanian/Presiden Komisaris PT Berdikari (Persero)

Sistem Produksi Padi: Margin Keuntungan Petani Terus Tergerus

Kompas.com - 13/12/2023, 15:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRODUKSI padi pada 1980-an menjadi kebanggaan nasional. Saat itu sistem produksi pertanian didukung dan dibina pemerintah secara paripurna.

Harga gabah yang kompetitif dibandingkan harga pupuk, didukung ketersediaan pupuk  ditopang Badan Usaha Unit Desa/Koperasi Unit Desa secara enam tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu, harga, dan tempat), sehingga pertumbuhan dan produksi padinya optimal.

Harga gabah per kilogram saat itu 1,5 kali harga pupuk, menjadi insentif bagi petani untuk berproduksi.

Sementara saat ini kondisinya bertolak belakang. Alokasi pupuk bersubsidi terus menurun, disertai seringnya terjadinya kelangkaan pupuk saat puncak tanam.

Pupuk nonsubsidi yang harganya sangat mahal seharusnya tersedia, ternyata tidak, terutama ketika harga pupuk di pasar internasional melambung.

Margin keuntungan petani per musim tanam per hektare terus tergerus dengan meningkatnya biaya produksi yang sangat signifikan.

Bahkan petani menyampaikan bahwa mereka beberapa kali mengalami kerugian total tanpa asuransi, karena mengalami kegagalan akibat serangan tikus, serangan hama wereng.

Berdasarkan pemantauan di lapangan, Ngawi, Jawa Timur dan Sukoharjo, Jawa Tengah, petani menyemprot 10 hari sekali, bahkan ada yang 7 hari sekali sampai menjelang panen.

Pada musim kemarau, petani harus mengeluarkan biaya ekstra untuk bayar token listrik untuk memompa air irigasi.

Biaya tenaga kerja yang terus meningkat dan harus berkompetisi dengan upah buruh di pabrik, menjadikan petani pangan sudah jatuh tertimpa tangga. Margin usaha taninya tergerus, tidak berdaya dan semakin tidak berpunya, sehingga terus menderita.

Pertanyaan fundamentalnya, benarkah sistem produksi padi nasional diambang bahaya?

Margin keuntungan semakin tergerus

Margin keuntungan petani yang tergerus, tanpa menunjukkan tanda pemulihan, menjadikan sistem produksi padi nasional berada di dalam kondisi alarming.

Akar masalahnya antara lain, karena sistem produksi padi nasional baik dari sisi up stream (pupuk, pestisida, irigasi), on farm (alat mesin pertanian, tenga kerja), down stream (pascapanen, pengolahan hasil dan pemasaran) lebih banyak diserahkan penuh pada mekanisme pasar, terutama aspek hilirnya.

Biaya produksi padi yang terus meningkat, semakin mahal, sementara produksi yang dihasilkan relatif tidak naik secara signifikan, maka margin usaha tani padi semakin tergerus.

Lingkungan yang rusak, ditandai dengan ekploitasi hama dan penyakit dengan intensitas, frekuensi dan durasinya, menyebabkan peningkatan biaya produksi yang signifikan, dengan ketidakpastian usaha semakin tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tahun Ini, OJK Sebut Kinerja Asuransi Jiwa Masih Tertekan

Tahun Ini, OJK Sebut Kinerja Asuransi Jiwa Masih Tertekan

Whats New
Simak 4 Tips Mengelola Keuangan untuk Pasangan Baru Menikah

Simak 4 Tips Mengelola Keuangan untuk Pasangan Baru Menikah

Spend Smart
BSI Catat Penyaluran Pembiayaan Rp 251,6 Triliun hingga April 2024

BSI Catat Penyaluran Pembiayaan Rp 251,6 Triliun hingga April 2024

Whats New
Ini Upaya TSE Group Jalankan Bisnis Sawit Berkelanjutan

Ini Upaya TSE Group Jalankan Bisnis Sawit Berkelanjutan

Whats New
Asosiasi Soroti Aturan Impor yang Berubah-ubah dan Dampaknya ke Industri Dalam Negeri

Asosiasi Soroti Aturan Impor yang Berubah-ubah dan Dampaknya ke Industri Dalam Negeri

Whats New
23,7 Persen Investor Kripto dari Kalangan Mahasiswa, PINTU Gelar Edukasi di Unair

23,7 Persen Investor Kripto dari Kalangan Mahasiswa, PINTU Gelar Edukasi di Unair

Whats New
Kredit Perbankan Tumbuh ke Level Tertinggi dalam 5 Tahun

Kredit Perbankan Tumbuh ke Level Tertinggi dalam 5 Tahun

Whats New
Danone Indonesia Dukung Pengelolaan Air Berkelanjutan

Danone Indonesia Dukung Pengelolaan Air Berkelanjutan

Whats New
Cara Tarik Tunai dengan QRIS

Cara Tarik Tunai dengan QRIS

Work Smart
Bantu Organisasi Makin Efisien di Era Digital, Platform Digital SoFund Kembangkan Fitur Andal

Bantu Organisasi Makin Efisien di Era Digital, Platform Digital SoFund Kembangkan Fitur Andal

Whats New
Bank Jago Angkat Supranoto Prajogo jadi Direktur

Bank Jago Angkat Supranoto Prajogo jadi Direktur

Whats New
Citi Indonesia 'Ramal' The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan hingga Satu Persen Sepanjang 2024

Citi Indonesia "Ramal" The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan hingga Satu Persen Sepanjang 2024

Whats New
Gandeng UGM, Kementan Berikan Bantuan Benih Padi Varietas Gamagora 7 di Sisipan Lahan Perkebunan

Gandeng UGM, Kementan Berikan Bantuan Benih Padi Varietas Gamagora 7 di Sisipan Lahan Perkebunan

Whats New
Tips Hindari Pembobolan Rekening lewat Nomor HP yang Sudah Hangus

Tips Hindari Pembobolan Rekening lewat Nomor HP yang Sudah Hangus

Whats New
Bersama Kementerian BUMN, Bank Mandiri Gelar Program Mandiri Sahabat Desa di Morowali

Bersama Kementerian BUMN, Bank Mandiri Gelar Program Mandiri Sahabat Desa di Morowali

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com