Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannes Eudes Wawa
Penulis Lepas

Menjadi wartawan dan editor harian Kompas 1997-2019

Pasar Tidak Terbatas Durian

Kompas.com - 20/12/2023, 15:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AWAL Desember 2023 lalu, saya bertemu seorang teman di salah satu tempat di Jakarta. Dia bercerita dengan penuh semangat tentang permintaan buah durian yang meningkat setiap tahun.

Jangankan ekspor, untuk pasar domestik saja permintaan jauh melampaui ketersediaan barang. Maka, dia memutuskan untuk menanam durian dalam skala besar.

Durian adalah tanaman tropis yang hanya berkembang di wilayah Asia Tenggara. Indonesia termasuk salah satu tempat asal tanaman tersebut. Bahkan, Indonesia memiliki 117 jenis durian yang terdaftar. Jumlah ini merupakan yang terbanyak di dunia.

Data Pusat Statistik (BPS), produksi buah durian pada 2022 sebanyak 1,71 juta ton. Jumlah ini meningkat 26,64 persen dari 2021 sebanyak 1,35 juta ton.

Ada lima provinsi yang menyumbang produksi terbanyak pada 2022, yakni Jawa Timur sebanyak 419.913 ton. Berikutnya Sumatera Barat 304.119 ton, Jawa Tengah 211.898 ton, Sumatera Utara 119.271 ton, dan Jawa Barat 80.334 ton.

Tanaman durian yang produktif pada 2019 terdata seluas 105.344 hektare atau bertambah cukup drastis dari 2018 sekitar 56.655 hektare. Persoalan utama, yakni perhatian pada penyediaan bibit berkualitas cukup rendah. Penanganannya pun apa adanya.

Meski volume produksi cukup banyak, tetapi buah durian umumnya habis terjual di dalam negeri. Pasar domestik menyerap hampir 93,9 persen.

Hal ini wajar, sebab jumlah penduduk Indonesia sekitar 280 juta jiwa merupakan pasar yang besar. Apalagi masyarakat Indonesia umumnya adalah penggemar buah durian.

Buah durian, selain langsung dimakan, belakangan ada yang mulai mengolah menjadi sejumlah produk ikutan, seperti es krim rasa durian dan roti durian. Permintaan pun cukup tinggi.

Sementara itu, porsi ekspor hanya kebagian enam hingga tujuh persen. Tahun 2020, misalnya, total volume ekspor buah durian dari Indonesia kurang lebih 105 ton. Jumlah ini hanya meningkat tujuh ton dari 2019, yakni sekitar 98 ton. Tahun 2022 sekitar 230 ton.

Negara tujuan ekspor antara lain Malaysia, Singapura, Belanda, dan Timur Tengah.

Thailand raja eskpor

Data dari HSBC pada pertengahan September 2023 menyebutkan, permintaan buah durian di pasar dunia mengalami kenaikan sekitar 400 persen. Pemicunya adalah permintaan masyarakat China yang melonjak tajam.

Di sana, buah durian tidak semata-mata buah untuk melengkapi makan, melainkan menjadi hadiah untuk orang-orang istimewa pada acara keluarga atau pertunangan.

Buah durian menjadi simbol status sosial dari si pemberi hadiah. Buah durian juga telah menjadi makanan favorit masyarakat kelas menengah di China.

Selama dua tahun terakhir, China telah menghabiskan dana Rp 91,8 triliun khusus untuk mengimpor buah durian. Biaya ini mencapai 91 persen dari total permintaan global.

Harga buah durian di “negeri tirai bambu” sebesar 10 dollar AS setara Rp 154.000 per kilogram. Padahal di pasar Asia Tenggara rata-rata 6 dollar AS atau Rp 92.000 per kilogram. Harga ini jauh lebih mahal dua kali lipat dari yang berlaku di Indonesia.

Hingga kini, Thailand menjadi negara yang terdepan dalam memenuhi permintaan buah durian di pasar global. Bahkan, Thailand memenuhi 90 persen dari total kebutuhan di China dengan mendapatkan devisa sebesar Rp 46 triliun pada 2022.

Pemerintah China menargetkan, devisa ini bakal meningkat mencapai Rp 50 triliun pada tahun 2023.

Jeli melihat peluang

Mengapa Thailand dapat menguasai pasar ekspor buah durian? Terobosan apa saja yang telah terjadi di negeri dalam beberapa tahun terakhir?

Thailand sepertinya telah lama melihat potensi buah durian di pasar global. Lihat saja pada 2012, misalnya, negara itu sudah memiliki lahan tananam durian seluas 96.000 hektare, tetapi tahun 2019 melonjak tajam menjadi 152.000 hektar.

Bahkan, otoritas pertanian setempat menargetkan volume produksi buah durian di Thailand pada 2022 mencapai 1,4 juta ton. Artinya telah terjadi peningkatan cukup besar, sebab volume produksi 2019 sebanyak 656.777 ton.

Sejak belasan tahun lalu, Thailand telah membangun perkebunan durian skala besar dengan pengelolaan profesional. Dimulai dari penyediaan bibit berkualitas. Bibit bermutu terwujud melalui pengembangan riset yang terpadu dan kontinyu.

Mereka sadar betul bahwa hanya dengan bibit yang baik akan menghasilkan buah durian terbaik seperti keinginan konsumen.

Selain itu, mereka juga menyiapkan lahan khusus yang luas dan terawat. Tanaman pun mendapatkan pemupukan yang rutin dengan pengairan yang baik.

Permintaan tinggi di pasar luar negeri membuat sejumlah petani Thailand beralih dari budidaya karet menjadi tanaman durian. Tren serupa juga terjadi pada petani singkong.

Antusiasme yang tinggi itu memicu terjadinya gelembung durian. Di mana-mana menanam durian.

Dari sekian banyak jenis durian di Thailand, hanya tiga jenis menjadi unggulan. Ketiga jenis itu adalah Kanyao, Chanee, dan Monthong. Sejauh ini durian Monthong yang paling terkenal.

Durian monthong menjadi golden pillow, sebab memiliki rasa yang enak dan manis, tidak begitu beraroma, daging buah tebal dan pulen.

Ukuran biji yang kecil dan pipih, serta kesegarannya bisa bertahan cukup lama. Beratnya berkisar 3 - 5 kilogram per buah. Ada pula yang mencapai 10 kilogram per buah.

Dalam pengembangan durian, Thailand tidak semata-mata memperluas areal tanaman. Mereka juga meningkatkan produksi dan kualitas buah durian. Itu sebabnya volume produksi terus bertambah setiap tahun.

Lebih dari 90 persen buah durian Thailand diekspor. Tujuan utama adalah China, lalu Hongkong, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang. Bahkan, Thailand juga menjajaki pasar di Timur Tengah.

Vietnam bangkit

Di luar Thailand, ada Vietnam yang juga terus gencar mengembangkan tanaman durian. Target utama adalah merebut pasar China dalam volume yang sebanyak-banyaknya.

Bahkan, bermodalkan jaraknya yang dekat dengan China, Vietnam menawarkan pengiriman melalui jalan darat sehingga dapat menekan biaya lebih rendah.

Ekspor melalui jalan darat dari Vietnam ke China hanya menempuh jarak sejauh 1.306 kilometer. Lama perjalanan maksimal 3 hari sehingga dapat menghemat biaya transportrasi. Hal ini membuat harga eceran di China lebih murah.

Saat ini harga durian Vietnam di China terjual dengan harga rata-rata 4 dollar AS per kilogram. Harga ini lebih rendah dari yang berlaku di pasar Asia Tenggara sekitar 6 dollar AS per kilogram.

Itu sebabnya permintaan durian dari Vietnam cukup tinggi. Pada semester I tahun 2023, Vietnam meraih devisa dari mengekspor buah durian ke China, yakni 876 juta dollar AS atau setara Rp 13 triliun.

Sementara buah durian dari negara di Asia Tenggara lain, seperti Thailand rata-rata 10 dollar AS per kilogram. Kondisi ini karena jalur pengiriman melalui darat dan laut sehingga memakan waktu minimal empat hari. Dampaknya harga menjadi lebih mahal.

Tantangan untuk RI

Entah apa yang terjadi hingga sejauh ini tanaman durian salah satu komoditas yang sulit berkembang di China. Padahal, masyarakat setempat kian menggemari buah ini.

Itu sebabnya, dengan memiliki jumlah penduduk mencapai 1,425 miliar jiwa menjadikan China sebagai pasar yang teramat besar bagi durian. Artinya, komoditas ini memiliki pasar tanpa batas.

Kondisi ini menjadi kesempatan yang besar bagi Indonesia. Dengan memiliki lahan teramat luas, dan jenis durian yang begitu banyak, seharusnya Indonesia menjadi salah satu pemain utama dalam bisnis komoditas ini di pasar global, terutama China.

Namun, fakta menunjukkan, ekspansi buah durian di pasar global sangat minim. Salah satu pemicunya adalah permintaan di pasar domestik selalu jauh melebihi suplai.

Di luar itu, sebetulnya sedang terjadi sejumlah masalah yang membelit Indonesia. Pertama, belum adanya riset tanaman durian yang terpadu. Akibatnya, belum tampak durian unggulan Indonesia. Kalau pun ada, riset itu hanya menjadi konsumsi kalangan terbatas.

Kedua, selama ini budidaya durian cenderung secara tradisional, sebab umumnya hanya melibatkan petani dengan areal terbatas. Akibatnya, perhatian pada perawatan dan pemupukan tanaman sangat terbatas.

Ketiga, usaha budidaya tanaman durian belum banyak melibatkan perusahaan swasta yang mengembangkan perkebunan skala besar. Belakangan setelah melihat pasar yang tidak terbatas, antusiasme pelaku usaha mengembangkan budidaya durian semakin meningkat.

Kehadiran pihak swasta dapat mendorong adanya buah durian berkualitas, unggul dan sesuai standar global serta fokus ekspor. Karena pasar ekspor menuntut adanya kualitas, kuantitas, dan kontiunitas.

Keempat, perlu promosi buah durian unggulan Indonesia kepada dunia. Hal tersebut menjadi tugas dan kewajiban pemerintah. Langkah ini akan memudahkan durian Indonesia menembus pasar global.

Sudah waktunya semua pihak mengerahkan segala kekuatan untuk mengembangkan tanaman durian secara lebih baik. Para petani perlu mendapatkan informasi akurat, baik tentang perawatan tanaman dan prospek durian yang memiliki pasar tanpa batas.

Melalui informasi yang benar, petani pasti tambah bergairah. Mereka akan bekerja penuh semangat guna menghasilkan buah durian berkualitas tinggi. Semakin luas pasarnya, maka kelak tanaman durian mampu menyejahterakan petani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com