Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Defisit APBN 2023 Mencapai Rp 347,6 Triliun

Kompas.com - 02/01/2024, 15:16 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar Rp 347,6 triliun. Nilai ini jauh lebih rendah dari target yang telah ditetapkan atau realisasi tahun 2022.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi defisit APBN 2023 ditutup sebesar Rp 347,6 triliun, atau setara 1,65 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Angka defisit APBN itu lebih rendah dibandingkan target teranyar pemerintah, yakni sebesar Rp 479,9 triliun atau setara 2,27 persen terhadap PDB.

Baca juga: OIKN Yakin 80 Persen Dana Pembangunan IKN Non APBN Bakal Tercapai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam pembukaan seminar internasional Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) ke-12, di Nusa Dua, Bali, yang dihelat mulai Rabu (6/12/2023) sampai Kamis (7/12/2023).
DOK. Humas Kemenkeu Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam pembukaan seminar internasional Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) ke-12, di Nusa Dua, Bali, yang dihelat mulai Rabu (6/12/2023) sampai Kamis (7/12/2023).

"APBN 2023 kita desain dengan defisit Rp 598,2 triliun atau 2,84 persen (terhadap) GDP. Kemudian tengah tahun kita revisi lebih rendah lagi Rp 479,9 triliun atau 2,27 persen GDP," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Realisasi APBN 2023, di Jakarta, Selasa (2/1/2024).

"Ternyata realisasi defisit ktia jauh lebih kecil yaitu Rp 347,6 triliun. Bayangkan hampir dari setengah desain original," sambungnya.

Meskipun mencatatkan defisit, keseimbangan primer APBN masih terjaga, yakni surplus sebesar Rp 92,2 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding target pemerintah, yakni defisit sebesar Rp 38,5 triliun.

Sebagai informasi, keseimbangan primer adalah total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.

Baca juga: Soal Proyek IKN, Ekonom Wanti-wanti Jangan Sampai Jadi Benalu APBN

"Ini adalah surplus kesimbangan primer pertama kali sejak 2012," ujar Sri Mulyani.

Defisit APBN dibentuk dari pendapatan negara yang lebih rendah dari realisasi belanja negara. Bendahara Negara menyebutkan, realisasi pendapatan negara sebesar Rp 2.774,3 triliun, setara dengan 105,2 persen dari target terbaru pemerintah.

 

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat (3/11/2023).YouTube Kementerian Keuangan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat (3/11/2023).

Jika dibandingkan tahun 2022, penerimaan negara tercatat masih tumbuh. Tercatat pendapatan negara tumbuh 5,3 persen dari Rp 2.635,8 triliun.

Di sisi lain, realisasi belanja negara mencapai Rp 3.121,9 triliun, setara dengan 100,2 persen target pemerintah. Nilai belanja negara juga tercatat tumbuh, yakni sebesar 0,8 persen dari Rp 3.096,3 triliun.

Baca juga: APBN Defisit Rp 35 Triliun Jelang Tutup Tahun

"Belanja negara jika dibandingkan pada saat Covid masih lebih tinggi lagi. Dan ini diikuti pendapatan negara yang bisa menjaga pace," tutur Sri Mulyani.

Dengan perkembangan pendapatan dan belanja tersebut, pemerintah melakukan pembiayaan sebesar Rp 359,65 triliun. Nilai itu jauh lebih rendah dari target terakhir pemerintah sebesar Rp 479,9 triliun.

Lebih tingginya pembiayaan dibanding defisit menghasilkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA). Tercatat realisasi SiLPA sampai dengan akhir tahun 2023 sebesar Rp 11,9 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com