Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Urgensi Pembangunan "Double Track" Usai Kecelakaan KA di Bandung

Kompas.com - 06/01/2024, 15:53 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pengamat transportasi menilai PT Kereta Api Indonesia (Persero) perlu merampungkan pembangunan double track di jalur lintas selatan dan memasang automatic train supervision (ATS) di setiap lokomotif kereta untuk meningkatkan keamanan.

Hal perlu dilakukan agar insiden kecelakaan KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya di lintasan Haurpugur-Cicalengka pada Jumat (5/1/2024) pukul 06.03 WIB tidak terulang kembali.

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang mengatakan, kecelakaan KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya ini terjadi di lintasan satu jalur (single track) sehingga rawan terjadinya kecelakaan.

Baca juga: Tabrakan KA Turangga-KA Bandung Raya, Pemerintah Dinilai Perlu Bangun Double Track

Pasalnya, kereta yang melintas harus bergantian melewati jalur tersebut agar tidak bertabrakan. Sementara pengaturan lalu lintas di single track ini diperlukan sumber daya manusia yang mumpuni agar tidak melakukan kesalahan saat memberikan sinyal ke kereta yang akan lewat.

"Jalur selatan kan rawan kecelakaan karena masih single track, jalur bergunung rawan pergerakan tanah. Kalau Padalarang-Bandung itu sudah double track. Kalau yang sampai Cicalengka saja masih single track," ujarnya saat dihubungi awak media, Jumat (5/1/2024).

"Tapi sepertinya pemerintah sudah bangun double track, masih on going progress masih bertahap tapi mungkin belum sampai Cicalengka-nya," sambung dia.

Oleh karenanya, dia menilai jalur kereta double track justru penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan karena kereta yang melintas memiliki jalur masing-masing.

Baca juga: Potensi Human Error dalam Kecelakaan KA Turangga-KA Bandung Raya

"Harus double track untuk menghindari kecelakaan. Jadi dengan adanya double track enggak ada persilangan kereta," ucapnya.

Selain itu, persinyalan pada jalur kereta double track juga bisa diatur secara otomatis. Berbeda dengan persinyalan pada single track yang diatur secara manual oleh manusia sehingga berpotensi terjadi kecelakaan akibat kelalaian manusia (human error).

"Double track pakai sinyal otomatis. kalau single track enggak bisa otomatis, harus pakai manusia," kata dia.

Hal yang sama juga diungkapkan Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Aditya Dwi Laksana.

Baca juga: Kecelakaan KA Turangga dan Commuterline Bandung Raya, KAI Bentuk Tim Investigasi

Menurutnya, PT KAI perlu meningkatkan aspek keselamatan dengan membangun jalur ganda. Selain itu, pembangunan jalur ganda juga dapat meningkatkan kapasitas lintas, mempersingkat waktu tempuh, dan meningkatkan frekuensi perjalanan kereta.

"Jalur ganda diperlukan untuk meningkatkan keselamatan perjalanan KA, karena dapat menghindarkan tumburan antardua kereta dari arah berlawanan," kata Aditya kepada Kompas.com, Sabtu (6/1/2024).

Meski dapat meningkatkan keselamatan, jalur ganda tidak 100 persen dapat menghilangkan potensi terjadinya kecelakaan kereta.

Kereta api tetap bisa mengalami tubrukan jika terjadi pelanggaran sinyal seperti yang sempat terjadi pada insiden kecelakaan KA Argo Bromo Anggrek dan KA Senja Utama di Petarukan, Pemalang pada 2010 serta KRL Nomor K-1156 dan KRL Nomor K-1155 di perlintasan rel Stasiun Juanda, Jakarta Pusat pada 2015.

Halaman:


Terkini Lainnya

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com