Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Henry MP Siahaan
Advokat, Peneliti, dan Dosen

Advokat, peneliti, dan dosen

Menyoal Masih Tingginya Harga Beras

Kompas.com - 15/01/2024, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Produksi komoditas beras periode tahun 2018–2022, belum mengalami kenaikan signifikan. Padahal jumlah populasi Indonesia mengalami kenaikan secara perlahan dan masih lebih tinggi dibandingkan laju penurunan konsumsi beras per kapita yang terjadi akhir-akhir ini.

Oleh sebab itu, kebutuhan dan tingkat konsumsi beras nasional masih memiliki tren naik, sementara produksi cenderung menurun.

Beberapa permasalahan penting yang terus menerus dihadapi produksi perberasan nasional adalah alih fungsi lahan areal tanam padi, menurunnya minat generasi muda untuk menjadi petani, keterbatasan prasarana dan faktor produksi.

Selain itu, tingkat kesejahteraan petani padi yang relatif rendah, serta fluktuasi harga gabah yang kerap kurang berpihak kepada petani. Permasalahan-permasalahan ini sebenarnya sudah sangat dipahami oleh para pengambil kebijakan.

Jadi dari tinjauan umum di atas dapat disimpulkan bahwa persoalan utama di balik tingginya harga beras adalah masalah pasokan di satu sisi, yang diakibatkan oleh kemarau panjang, dan keterjaminan plus kelancaran distribusi (tata niaga) di sisi lain, yang terkait dengan kalancaran pasokan ke pasaran.

Masih tingginya harga, meskipun belum stabil dan penyaluran bantuan beras telah dilakukan, tentu karena pelaku pasar masih merasakan kondisi pasokan yang ketat, sehingga harga masih sulit untuk ditekan.

Situasinya akan berbeda saat pasokan lebih dari cukup dan distribusi lancar, pelaku pasar akan berpikir panjang untuk mematok harga tinggi, karena beras bisa didapat di banyak tempat.

Karena itu, tantangan utama ke depan adalah pertama, memastikan ketahanan pangan nasional semakin membaik, terutama untuk komoditas beras, agar berbagai potensi kekurangan pasokan bisa diatasi segera di satu sisi dan berbagai ancaman gejolak harga yang terlalu tinggi bisa ditekan di sisi lain.

Secara umum, apapun cara dan kebijakan yang akan diambil oleh presiden baru nanti, baik melalui strategi food estate atau contract farming, selama dijalankan secara serius dan konsisten serta ditujukan untuk kepentingan nasional, hasilnya kemungkinan akan sangat membantu memastikan ketahanan pangan nasional.

Bahkan kenapa harus memilih, jalankan saja kedua strategi secara paralel.

Kedua, meningkatkan belanja infrastruktur pertanian, mulai dari irigasi sampai pada jalan-jalan desa, yang akan memperbaiki tata kelola perairan tanaman padi dan memperlancar jalur distribusi hasil panen dari sentra produksi ke pasar.

Ketiga, menstabilisasi harga pupuk dan memastikan subsidi tepat sasaran. Tak bisa dipungkiri, salah satu sebab tingginya biaya produksi gabah adalah masih tingginya harga pupuk di pasaran, membuat biaya yang dikeluarkan petani semakin besar untuk memproduksi gabah.

Terakhir, memutus rantai degenerasi petani, dengan membuka peluang-peluang baru bagi generasi muda untuk kembali ke sektor pertanian.

Misalnya dengan mendorong dan memudahkan proyek-proyek urban farming dan mempercepat terjadinya digitalisasi sektor pertanian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com