Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iseng Racik Resep Leluhur "Jamu Akar Jawi", Ummi Salamah Kini Raup Cuan Rp 20 Juta Sebulan

Kompas.com - 15/01/2024, 17:09 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang wanita bernama Ummi Salamah mencoba peruntungan lewat berjualan jamu dan masker wajah dari resep turun temurun yang diwariskan dari leluhurnya. Berawal dari iseng, kini bisnis jamunya tersebut meraup cuan lumayan. 

Kepada Kompas.com, wanita asal Pamotan, Rembang, Jawa Tengah menceritakan bagaimana bisnisnya mulai dirintis. Sebagai alumni sekolah farmasi jamu di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, Ummi Salamah mengaku mahir dalam mengolah bahan-bahan alami tradisi Jawa untuk bahan minuman dan juga masker wajah.

Dia mulai membuat masker wajah berawal dari keluhan wajahnya yang sensitif. Dari Ummi Salamah mulai menjual produknya, bahkan sampai masuk supermarket di Yogyakarta. Produk Akar Jawi dibuat dari bahan yang diperoleh dari petani di Pamotan, Banyuurip, Sulang dan Pancur.

Pada 2013 produk masker terkendala izin, masker wajah produksi Akar Jawi tidak boleh dipasarkan di toko besar. Akhirnya, dia berinovasi membuat minuman berbahan rempah tradisional dengan modal Rp 200.000.

Baca juga: Industri Jamu dan Herbal Indonesia Dinilai Primadona yang Terabaikan

“Akar Jawi itu berarti akarnya Jawa. Kita kan uri-uri budaya Jawa, dulu kan putri keraton minumnya jamu, dan memakai lulur, untuk kesehatan. Jadi, kita ingin melestarikan budaya jawa,” kata Ummi Salamah saat berbincang dengan Kompas.com.

“Awalnya (racikan) ini dimulai pada 2011 untuk konsumesi sendiri, dari mbah saya, karena kulit saya sensitif sehingga saya memilih untuk memakai yang alami,” lanjut Ummi Salamah.

“Karena ini semakin berkembang, ada juga yang menyarakan untuk mengembangkan dalam bentuk minuman. Akhirnya saya mencoba untuk membuat minuman jamu, yang resepnya itu dari leluhur saya,” tambah dia.

Produk yang dikembangkan oleh Akar Jawi adalah bentuk kosmetik mencakup lulur, masker dan rempah mandi. Kalau untuk minuman ada ready to drink dan instant mencakup varian kunyit asem, beras kencur, temulawak.

“Kalau yang isntan itu untuk dikirim, dan yang ready to drink untuk harian,” jelas dia.

Baca juga: Pantas Saja Rokok Ilegal Digemari, Harganya Murah, yang Jualan Pun Cuan

 


Ummi Salamah bercerita jika pengolahan minuman yang dilakukannya masih semi tradisional. Sementara untuk produk instan, dia mengolahnya dengan cara kristalisasi. Di sisi lain, penggunaan gula juga merupakan bahan pengawet yang alami.

“Kita tanpa pengawet, kalau ready to drink dalam ruang biasa 1 hari, dalam kulkas 1 minggu, kalau dibekukan bisa 1 bulan. Produk instan bisa sampai 1 tahun, karena gula itu juga jadi pengawet,” lanjutnya.

Ummi salamah mengatakan, pendidikan yang berkorelasi dengan usahanya saat ini diharapkan bisa menghasilkan produk berkualitas. Sebagai industri rumah tangga, dia berharap bisnis jamu yang ia jalani bisa mendorong pemasukan keluarganya.

“Jadi memang se-frekuensi, saya mengembangkan jamu sejalan dengan pendidikan saya di farmasi jamu. Saya saat ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga, jadi bisnis ini buat iseng saja, mengisi kesibukan,” lanjut dia.

Baca juga: Cerita Keeper Harimau di Taman Safari Indonesia...

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com