Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terima 345 "Letter of Intent" Proyek IKN, OIKN: Investasi di KIPP 1A Sudah Penuh

Kompas.com - 17/01/2024, 11:31 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Baca juga: Tak Hengkang dari IKN, Djarum dan Wings Group Akan Bangun Botanical Garden

Adapun dari total 435 LoI itu sebanyak 60 persen dari investor dalam negeri dan 40 persen dari investor luar negeri.

Mayoritas investor asing yang sudah memberikan LoI berasal dari Singapura, Jepang, Malaysia, China, dan Korea Selatan. Kemudian terakhir masuk LoI dari investor asal Brunei Darussalam dan Arab Saudi yang tergabung dalam konsorsium internasional.

Dia menyebut, LoI ini tidak hanya sekedar minat tetapi saat ini sudah banyak LoI yang diproses ke tahap selanjutnya yakni studi kelayakan (feasibilitystudy/FS) dan evaluasi. LoI yang diproses ini paling banyak untuk proyek hunian dan di antaranya dari investor China dan Malaysia.

"Sudah ada yang dari China itu sudah berproses, sudah selesai studi kelayakan dan sekarang dilakukan evaluasi studi kelayakannya untuk memastikan ini betul-betul layak. Dan nantinya akan ada tender, akan ada pemilihan terhadap investor ini untuk memastikan yang terbaik. Setelah evaluasi ini, kita akan seleksi," tuturnya.

Baca juga: Konsorsium Brunei Minat Bangun Hunian di IKN, Nilainya Rp 7 Triliun

Sebelumnya, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana OIKN Silvia Halim menyebut, pihaknya telah menerima LoI lebih dari cukup sehingga kini OIKN tinggal memilih LoI mana yang paling cocok diterapkan di IKN.

Menurutnya, proses seleksi LoI ini harus dilakukan dengan ketat agar teknologi dan proyek yang dipilih tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan IKN.

"Betul, kami banyak dapat LoI, lebih dari cukup sebenarnya kalau bisa dibilang. Justru tantangan kita memilih dari interest investais ini mana yang paling cocok," ucapnya saat ditemui di The Westin, Jakarta, Senin (15/1/2024).

Adapun, LoI proyek IKN yang Silvia klaim sudah berlebih itu berasal dari proyek IKN secara keseluruhan, termasuk sektor transportasi. "Overall dan juga sektor transportasi itu sendiri," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com