Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 BUMN Jadi "Pasien" PPA, Ini Upaya Langkah Penyelamatannya

Kompas.com - 18/01/2024, 18:45 WIB
Yohana Artha Uly,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) masih melakukan "penyelamatan" terhadap 14 perusahaan pelat merah yang dalam kondisi "sakit".

Saat ini, BUMN-BUMN yang menjadi "pasien" itu menunjukkan perkembangan positif dalam proses restrukturisasi yang dilakukan.

Direktur Utama PPA Muhammad Teguh Wirahadikusumah mengatakan, mulanya ada 21 BUMN yang dititipkan Menteri BUMN Erick Thohir untuk dilakukan restrukturisasi oleh PPA.

Baca juga: Bos BRI: Statement-statement bahwa BUMN Tidak Harus Untung, Berbahaya...

Ilustrasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).SHUTTERSTOCK/RUMAISHA PROJECT Ilustrasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Lalu sebanyak 7 BUMN diputuskan dilakukan penutupan karena sudah tidak memiliki nilai ekonomis dan tidak memberikan manfaat bagi masyarakat.

Maka kini ada 14 BUMN lagi yang dalam proses restrukturisasi dan mulai menunjukkan sejumlah kemajuan positif.

Adapun 14 BUMN itu yakni PT Amarta Karya (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), PT Boma Bisma Indra (Persero) atau BBI, PT Djakarta Lloyd (Persero), dan PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) atau DKB, PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) atau DPS, serta PT Industri Kapal Indonesia (Persero) atau IKI.

Kemudian PT Indah Karya (Persero), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau INTI, PT Semen Kupang (Persero), dan PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam (Persero) atau Persero Batam, Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), PT Primissima (Persero), serta PT Varuna Tirta Prakasya (Persero) atau VTP.

Baca juga: Mahfud Sebut Banyak BUMN Korupsi dan Kolaps, Ini Respons Stafsus Erick Thohir

"Dalam melaksanakan mandat Surat Kuasa Khusus dari Menteri BUMN, PPA telah melakukan kajian komprehensif guna merumuskan strategi penyelesaian terbaik terhadap masing-masing BUMN, mulai dari signifikansi perusahaan, keunggulan kompetitif, persepsi pasar, serta kinerja keuangan," ujar Teguh dalam keterangannya, Kamis (18/1/2024).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com